Pengertian / istilah Mahayana terbagi atas dua bagian :
Semangat dan metode para siswa agama Buddha Mahayana berpedoman dengan Bodhisattvayana.
Bodhi = kesadaran batin
Sattva = makhluk yang berakal budi.
Yana = jalan / metode / kereta.
Bodhisattva = calon samyaksambuddha.
Untuk menghayati jalan kebodhisattvaan ada 4 syarat :
CITA – CITA BODHISATTVA
Siapa memuji nama kebesaranku, jika aku tidak dapat menyemberangkan ke Surga Sukhavati.
Aku tidak akan mau menjadi Buddha.
(Amitabha Buddha)
Jika ada yang menyebut nama-Ku, Aku tidak bisa menolong, Aku tidak mau menjadi Buddha.
Jikalau dalam kesukaran, dengan sujud memuja nama-Ku. Aku akan segera memperhatikan suara mereka, terbebaslah penderitaannya.
(Avalokitesvara Bodhisattva)
Jika neraka belum kosong, Aku belum mau memperoleh kesempurnaan (Samyak sambuddha).
(Kstigarbha Bodhisattva).
Tubuh yang terdiri dari darah dan daging ini, akan kepergunakan untuk kebaikan dan kesejahteraan dunia.
(Sri Sanghabodhi)
Untuk melaksanakan tercapainya tujuan akhir di dalam agama Buddha ada tiga bentuk penerangan (Bodhi) , yaitu :
- Sravaka Bodhi
- Prayeka Bodhi
- Samyak Sambodhi.
Salah satu dari ketiga bentuk penerangan (bodhi) tersebut dapat diperoleh oleh seorang siswa sesuai dengan sifat watak siswa tersebut.
Sravaka Bodhi adalah penerangan yang diperoleh seorang siswa, setelah berhasil mendapatkan penerangan ia disebut dengan sebutan Arhat. Seorang yang bercita-cita ingin menjadi Arhat biasanya mencari bimbingan dari seorang guru yang lebih tinggi tingkat penerangannya.
Prayeka Bodhi adalah penerangan sempurna yang dicapai oleh seorang yang sudah maju perkembangan batinnya, yang berhasil mencapai tujuan akhir dengan usahanya sendiri tanpa bantuan siapapun, dengan merenungkan kondisi sebab musabab (Hukum saling bergantungan). Orang suci seperti ini disebut Prayetka Buddha, karena ia hanya mengembangkan/membina diri dengan hukum saling bergantungan, maka ia tidak mampu (tidak mempunyai kesempatan) untuk membabarkan Dharma yang telah diketemukannya sendiri dalam usaha menyucikan dan menolong orang-orang lainnya.
Samyaksambodhi adalah penerangan yang paling agung, yang dapat diperoleh oleh seorang yang telah matang perkembangan batinnya, tidak terbatas rasa cinta kasih dan kasih sayang terhadap semua makhluk hingga pengetahuannya menjadi sempurna. Seorang yang telah berhasil mencapai tingkat penerangan ini disebut Samyaksambuddha, yang berarti seorang yang telah mencapai penerangan sempurna berkat usahanya sendiri. Samyaksambuddha tidak hanya memahami Dharma dengan usaha dan kebijaksanaannya sendiri, tetapi ia juga mempunyai kemampuan untuk membabarkan Dharmanya kepada orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran untuk menyucikan dan menyelamatkan para makhluk dari perputaran roda tumimbal lahir.
Orang-orang yang bercita-cita untuk mencapai tingkat Samyaksambuddha disebut Bodhisattva. Cita-cita Bodhisattva ini adalah cita-cita yang paling terindah dan murni dibandingkan dengan cita-cita apapun juga .
Seseorang yang telah mencapai tingkat Samyaksambodhi, sudah pasti memperoleh 2 (dua) kesempurnaan yaitu :
Maha makmur diperoleh dengan melaksanakan Dana paramita :
Mengajarkan agar para makhluk-makhluk bebas dari kebodohan, kesalahan, kegelapan, menasehati orang agar berbuat baik dan berguna bagi masyarakat.
Maha Prajna diperoleh dengan melaksanakan Prajna paramita :
Sebagai dasar permulaan, harus melaksanakan Brahma Vihara :
Istilah Bodhisattva terdiri dari kata Bodhi yang berarti kebijaksanaan atau penerangan, dan sattva yang berarti bakti atau mempunyai maksud untuk menjadi Buddha. Jadi Bodhisattva berarti seseorang yang membaktikan dirinya pada kebikjasanaan (penerangan) atau seseorang yang berkeinginan untuk mencapai penerangan atau kebijaksanaan tertinggi. Walaupun para Bodhisattva lahir kembali kea lam semesta ini dengan satu tujuan yang sama, yaitu demi menolong semua makhluk agar bebas dari penderitaan, bebas dari kebodohan dan keterikatan dari indriawi, tetapi para Bodhisattva itu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan keadaannya. Oleh karena itu, maka para Bodhisattva dilahirkan di alam semesta dengan aneka macam perwujudan sesuai dengan keadaan dan kemampuannya yaitu adanya Pra Bodhisattva dan Dasa Bhumika Bodhisattva. Pra Bodhisattva selalu berpengan pada Sad Paramita sebagai landasan dari perbuatannya.
Didalam berlatih untuk mencapai tingkat keBuddhaan, para Bodhisattva ini dibagi dalam berbagai tingkatan sesuai dengan tingkat kesuciannya masing-masing .
Tingkatan dalam Bodhisattva ada 54 tingkatan yang dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Sepuluh tingkatan tertinggi dari Bodhisattva adalah tingkatan yang terdekat untuk mencapai tingkat keBuddhaan, kesepuluh tingkatan Bodhisattva tersebut ialah secara berurutan dimulai dari 1 – 10. Tingkatan ke – 10 adalah tingkat tertinggi dengan urutan sebagai berikut :
Seorang pra – Bodhisatva tidaklah perlu harus seorang yang beragama Buddha. Kita bisa menemukan Bodhisattva-Bodhisattva yang penuh dengan cinta kasih dikalangan penganut agama Buddha, walaupun mereka sendiri sesungguhnya belum sadar akan cita-cita yang mulia itu, namun disamping itu kitapun bisa menemukan pra-Bodhisattva yang sama pada pemeluk agama lainnya. Salah satu ciri khas dalam ajaran Buddhisme adalah setiap orang boleh bercita-cita untuk mencapai apa yang telah dicapai oleh gurunya dan bisa mencapai cita-citanya itu apabila ia sungguh-sungguh berjuang. Hyang Buddha tidak pernah memonopoli tingkat kebuddhaan, sebab sifat semacam ini tidak sesuai dengan perkembangan yang sesungguhnya terjadi. Semua orang bisa menjadi Buddha dengan usahanya sendiri tanpa bantuan siapapun juga. Hyang Buddha tidak pernah mengutuk bahwa manusia sejak mulanya telah dibekali oleh dosa, tetapi sebaliknya Beliau mengemukakan bahwa pada mulanya hati manusia adalah murni. Hyang Buddha tidak menakuti-nakuti dan menciptakan rasa rendah diri di dalam hati para pengikutNya atau hanya menganjurkan mereka untuk memuja keluhuran Buddha untuk diri Beliau saja, bahkan sebaliknya Beliau justru menganjurkan dan memberi petunjuk jalan pada pengikutNya untuk mencapai apa yang telah dicapai oleh Beliau.
Catatan : Tanpa adanya para Bodhisattva, tidak akan adanya para Buddha (Samyaksambuddha), tiadanya Samyaksambuddha sudah pasti tidak aka nada agama Buddha. Seperti telah dikatakan oleh seorang penulis, Prof.Dr.D.T.Suzuki.
Mahayana benar-benar berdiri pada dua kaki (Prajna dan Karuna), yang sangat idealis dan mencakup seluruh kasih sayang untuk semua makhluk, yang hidup dan juga yang mati. Didalam Mahayana mencapai kebikjasanaan yaitu untuk mempelajari perasaan kasih demi orang lain(Bodhisattva). Apakah manfaatnya dalam mencapai penerangan sempurna untuk diri sendiri? (Tanya Mahayana) . Kalau bukan untuk menolong yang lainnya demi kebahagiaan semua makhluk. Penerangan Sempurna individual bukanlah cita-cita dari Mahayana.
Pokok Dasar Agama Buddha Mahayana
A.Empat Pedoman Perlindungan Penghayatan Dharma dalam Mahayana
B.Sepuluh Tekad Bodhisattva
Empat Tekad Penghayatan