bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Saddharma Pundarika Sutra (妙法蓮華經) Bab 28 Samantabadra

Bab 28

Samantabadra

28

Pada saat itu Bodhisatva Samantabadra (Jasa Menyeluruh) masyhur akan daya kekuatan gaib, kewibawaan serta kebajikannya, didampingi para Bodhisatva agung yang tak terhitung jumlahnya, semuanya tiba dari kawasan timur. Semua dunia yang dilaluinya bergoncang dalam 6 cara berbeda, sedang bunga-bunga permata turun bertaburkan. Ratusan, ribuan, puluhan ribu koti ragam alunan musik bermainkan. Rombongan para dewata, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, semuanya mengelilingi Bodhisatva Samantabadra serta mengagungkan kewibawaan, kebajikan serta kegaibannya.

Ketika Bodhisatva Samantabadra tiba di puncak gunung Gridhrakuta di dunia Saha ini, ia bersujud dihadapan Buddha Shakyamuni, mengitariNya sebanyak 7 kali, seraya berkata: “Yang Maha Agung! Dari alam Buddha Ratnategobhyudgata (Keunggulan Raja Kewibawaan dan Kebajikan Permata ), aku terdengar Sutra Teratai diceramahkan didalam dunia Saha ini. Beserta kolompok ratusan, ribuan, puluhan ribu koti para Bodhisatva, aku telah datang untuk mendengar dan menerimanya. Sudilah kiranya Beliau mengajarkan Sutra Teratai ini kepada kami. Sesudah kemokshaan Sang Buddha, bagaimanakah putera-puteri baik dapat memperoleh Sutra Teratai ini?”

Buddha Shakyamuni berkata kepada Bodhisatva Samantabadra: “Bilamana putera-puteri baik memenuhi 4 persyaratan, maka mereka akan memperoleh Sutra Teratai ini. 1. Mereka dilindungi oleh para Buddha Tathagata 2. Mereka menanam akar-akar kebajikan 3. Mereka yakin akan mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi 4. Mereka bertekad untuk menyelamatkan segenap mahluk. Bilamana putera-puteri baik memenuhi ke 4 persyaratan tersebut, maka sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti, mereka akan memperoleh Sutra ini.”

Kemudian Bodhisatva Samantabadra berkata kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Didalam masa akhir 500 tahun nanti (2,000 – 2,500 tahun sesudah kemokshaan Buddha Shakyamuni), bilamana seseorang menerima dan menjunjungi Sutra ini, maka aku akan mengawasi dan melindunginya dari mara bahaya sehingga ia damai dan tenteram, dan tiada siapapun yang dapat mengincar kelengahannya. Tiada mara (iblis), putera mara, puteri mara, tentaranya mara, maupun manusia kesurupan oleh mara yang dapat mempersulitkan mereka. Tiada pula yaksha, rakshasa, kumbhanda, pishacha, kritya, putana, vetada ataupun setan penggangu lainnya yang dapat memperoleh kesempatannya.

“Baik berkelena maupun berdiri, bilamana seseorang membaca dan menghafalkan Sutra Teratai ini, maka seketika itu aku akan menunggang raja gajah putih bergading 6, beserta kelompok para Bodhisatva agung, untuk mendatanginya. Aku akan menampakkan diri, memuliakan, mengawasi dan melindunginya, sehingga ia memperoleh kenyamanan batin. Aku berbuat demikian karena aku berhasrat pula memuliakan Sutra Teratai ini. Bilamana seseorang duduk merenungkan Sutra Teratai ini, maka seketika itu aku akan menunggang raja gajah putih bergading 6 dan menampakkan diri padanya. Bilamana ia melupakan sebait ataupun sesyair dari Sutra Teratai ini, maka aku akan mengingatkannya dan membaca bersama-samanya agar supaya ia memperoleh pemahaman. Sesudah menyaksikan ragaku, ia akan bersuka cita dan mencurahkan diri dengan semangat yang melebihi sebelumnya. Karena melihat ragaku, mereka akan segera mencapai samadhi dan dharani, yaitu 1. Dharani Pengulangan 2. Dharani ratusan, ribuan, puluhan ribu koti Pengulangan 3. Dharani Kebijaksanaan Suara Dharma. Ia akan memperoleh dharani-dharani sedemikian.

“Yang Maha Agung! Didalam masa akhir 500 tahun angkara nanti (Tahun 2,000-2,500 sesudah kemokshaan Sang Buddha), bilamana terdapat bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang berkehendak melaksanakan Dharma Sutra ini, maka biarlah mereka mencurahkan diri dengan sepenuh hati pada Sutra ini selama 21 hari. Sesudah 21 hari itu terpenuhi, aku akan menunggang raja gajah putih bergading 6, didampingi para Bodhisatva agung yang tak terhitung jumlahnya, aku akan muncul dihadapannya untuk menceramahkan Dharma kepadanya, mengajar, menguntungkan serta menggembirakannya. Aku akan memberikannya pula mantra dharani. Setelah memperoleh mantra dharani ini, tiada mara yang dapat mengganggunya maupun wanita yang dapat menggodanya. Aku sendiri akan senantiasa melindunginya. Yang Maha Agung! Maka izinkanlah kami mengucapkan mantra dharani ini.” Kemudian dihadapan Sang Buddha, ia mengucapkan mantra dharani berikut:

           adande dandapati dandavarte dandakushale dandasudhare

sudhare sudharapati buddhapashyane sarvadharani-avartani

sarvabhashyavartani su-avartani samghaparikshani

samghanirghatani asamge samgapagate tri-adhvasamgatulya –

arate-prapte sarvasamgasamatikrante sarvadharmasuparikshite

sarvasattvarutakaushalyanugate simhavikridite

“Yang Maha Agung! Bilamana seseorang mendengar mantra dharani ini, maka ketahuilah bahwa itu adalah berkat daya kekuatan gaib Sang Bodhisatva Samantabadra. Bilamana Sutra Teratai tersebarluaskan ke seluruh Jambudvipa, terdapat mereka yang menerima dan menjunjunginya, maka ketahuilah bahwa itu adalah berkat daya kekuatan gaib Sang Bodhisatva Samantabadra! Bilamana terdapat mereka yang menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini, meresapinya dengan tepat, memahami maknanya, serta melaksanakan sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Sutra, maka ketahuilah bahwa mereka sedang melaksanakan tindak-tanduk Samantabadra sendiri! Dihadapan para Buddha yang tak terjumlah, mereka telah menanam akar-akar kebajikan yang mendalam dan telapak tangan para Buddha membelai (memberkati) ubun kepalanya.

“Bilamana seseorang hanya menyalin Sutra Teratai ini, maka pada akhir hidupnya, mereka akan terlahir di alam surga Trayastrimsha (Alam surga tingkat 2). Pada saat itu, 84 ribu dewi kesurgaan dengan segala macam alunan musik kesurgaan akan datang menyambutnya. Ia akan mengenakan mahkota 7 permata dan bersuka ria ditengah-tengah para bidadari itu. Lebih-lebih lagi, jika ia menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini, meresapinya dengan tepat, memahami maknanya serta melaksanakan sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Sutra; Bilamana seseorang menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini serta memahami maknanya, maka pada akhir hidupnya, seribu Buddha akan mengulurkan tangan kepadanya sehingga ia tiada perlu khawatir terjerumus ke alam sengsara. Dengan segera, ia akan menuju ke alam surga Tushita (Alam surga tingkat 4) dimana Bodhisatva Maitreya berkediaman. Bodhisatva Maitreya memiliki 32 tanda kemuliaan dan dikelilingi oleh kelompok para Bodhisatva agung. Bodhisatva Maitreya mempunyai ratusan, ribuan, puluhan ribu koti pelayan bidadari, dan orang demikian akan terlahir ditengah-tengahnya. Demikianlah manfaat berkah pahala yang dinikmatinya.

“Maka sudah sepatutnya orang-orang berkebijaksanaan menyalin (mengukir dalam-dalam di hati mereka) Sutra ini dengan sepenuh hati serta menyebabkan orang lain menyalinnya, dan sudah sepatutnya mereka menerima, menjunjungi, membaca, menghafalkan, dan meresapinya dengan tepat, serta melaksanakan sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Sutra. Yang Maha Agung! Aku dengan daya kekuatan gaibku sendiri akan mengawasi dan melindungi Sutra ini. Sesudah kemokshaan Sang Tathagata, aku akan menyebarluaskannya ke seluruh Jambudvipa, sehingga tiada pernah akan terputus.”

Kemudian Buddha Shakyamuni memuji Bodhisatva Samantabadra, seraya berkata: “Bagus sekali, bagus sekali, Samantabadra! Engkau dapat melindungi dan mempertahankan Sutra ini, menyebabkan para mahluk memperoleh kedamaian (batin), kebahagiaan dan banyak manfaat. Engkau telah menyempurnakan jasa-jasa tak terhingga serta kewelas asihan yang mendalam. Semenjak dahulu silam, engkau telah berbodhicita akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi, dan telah berikrar untuk melindungi Sutra ini dengan daya kekuatan gaibmu sendiri. Aku (Shakyamuni) akan melindungi pula mereka yang menerima dan menjunjungi nama dari Bodhisatva Samantabadra.

“Wahai Samantabadra! Bilamana terdapat mereka yang menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini, meresapinya dengan tepat, melaksanakan dan menyalinnya, maka ketahuilah bahwa orang-orang demikian telah menjumpai (raga Dharma) Buddha Shakyamuni. Mereka seolah-seolah mendengarkan Dharma Sutra ini dari mulut Sang Buddha. Ketahuilah bahwa mereka telah memuliakan (menggembirakan hati) Buddha Shakyamuni. Ketahuilah bahwa Sang Buddha telah memuji mereka, seraya berkata: ‘Bagus sekali, bagus sekali!’. Ketahuilah bahwa Buddha Shakyamuni telah membelai (memberkati) ubun kepalanya. Ketahuilah bahwa mereka telah dikenakan jubah (kesabaran) Buddha Shakyamuni.

“Mereka tidak akan lagi termelekat pada kenikmatan duniawi ataupun menyukai kitab-kitab beraliran lain. Mereka tidak akan senang bergaulan dengan orang-orang yang terlibat dalam okupasi-okupasi kejam, seperti penjagal daging, peternak babi, domba, unggas, maupun pemburu dan mereka yang memperdayakan gadis demi mencari keuntungan. Mereka akan berwatak tegak dan jujur, mempunyai daya ingatan benar, serta berkebajikan luhur. Mereka akan terbebas dari ke 3 racun (1.Ketamakan 2.Kebencian 3.Kebodohan), kecemburuan, keangkuhan, kesombongan dan kecongkakkan. Mereka akan senantiasa berpuas hati dan dengan sepenuhnya melaksanakan tindak-tanduk Samantabadra.        

“Wahai Samantabadra! Sesudah kemokshaan Sang Tathagata didalam masa akhir 500 tahun nanti (Masa sekarang ini), bilamana terdapat mereka yang menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra Teratai ini, maka renungkanlah demikian: ‘Tidak lama lagi, mereka akan maju ke Teras KeBodhian, menaklukkan tentaranya mara dan mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi. Mereka akan memutar roda Dharma suci, menabuhkan genderang Dharma, meniup nafiri Dharma, dan menghujankan hujan Dharma. Ia pantas duduk diatas singgasana Dharma ditengah-tengah pesamuan agung para dewata dan manusia.

“Wahai Samantabadra! Didalam masa mendatang nanti, bilamana terdapat mereka yang menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini, maka orang-orang demikian tidak akan serakah ataupun termelekat pada pakaian, perabotan tidur, santapan dan minuman maupun kebutuhan lainnya. Cita-cita agung mereka akan tercapai dan terkabulkan. Didalam kehidupan ini juga, mereka akan memperoleh berkah keberuntungan. Bilamana terdapat seseorang yang menghina dan meremehkannya, seraya berkata: ‘Kalian adalah orang-orang dungu! Tiada gunanya berbuat demikian, karena pada akhirnya hanya akan tersia-siakan saja!’ Maka sebagai hukumannya, ia akan terlahir buta dikelahiran demi kelahiran. Bagi siapa yang memuliakan dan memuji mereka, maka dikehidupan ini juga ia akan memperoleh manfaat berkah pahala.

“Bilamana seseorang mencemarkan penjunjung Sutra ini, baik benar ataupun tidak, maka dikehidupan sekarang ini juga ia akan terjangkit penyakit leprasi putih. Bilamana seseorang meremehkan dan menertawakannya, maka dikelahiran demi kelahiran ia akan bergigi ompong dan jarang, berbibir jelek, berhidung pesek, bermata juling dan cacat. Tubuhnya akan berbau busuk, berbopeng-bopeng, bernanah darah, berperut kembung, bernafas berat dan penyakit bahaya lainnya. Wahai Samantabadra! Bilamana engkau menemui penjunjung Sutra Terata ini, maka berdiri dan sambutlah ia dari kejauhan seolah-olah menyambut Sang Buddha sendiri.”

Ketika bab Samantabadra ini diceramahkan, para Bodhisatva sejumlah pasir-pasir di sungai Gangga memperoleh dharani meresapi ratusan, ribuan, puluhan ribu koti ajaran Dharma. Bodhisatva sejumlah debu-debu dimilyaran dunia menyempurnakan Jalan KeBodhisatvaan Samantabadra.

Ketika Buddha Shakyamuni selesai menceramahkan Sutra ini, Bodhisatva Samantabadra dan para Bodhisatva lainnya, Sang Shariputra dan para Sravaka lainnya, beserta para dewata, naga, manusia dan yang bukan manusia – seluruh anggota pesamuan agung diliputi dengan rasa suka cita yang amat. Menerima dan menjunjungi uraian-uraian Sang Buddha, mereka bersujud dan meninggalkan tempat.