bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Saddharma Pundarika Sutra (妙法蓮華經) Bab 27 Raja Subavyuha

Bab 27

Raja Subavyuha

27

Pada saat itu Sang Buddha menyapa seluruh pesamuan agung itu, seraya berkata: “Dahulu silam, asamkhyeya kalpa yang tak terhitung lamanya, terdapat Sang Buddha yang bergelar Galadharagargitaghoshasusvaranaks Hatrarajasankusumitabhigna (Raja Suara Gunturan Awan Kumpulan Kebijaksanaan Bunga) Tathagata, Arahat, Samyak-Sambuddha. Alamnya disebut Vairokanarasmipratimandita (Berhiaskan Cemerlang). Kalpanya disebut Priyadarsasna (Digemari). Ditengah-tengah masa Dharma Buddha tersebut, hidup seorang raja bernama Subavyuha (Berhiaskan Menakjubkan). Permaisuri raja itu bernama Vimaladatta (Kebajikan Murni). Ke 2 puteranya bernama Vimalagharba (Kekayaan Murni) dan Vimalanetra (Penglihatan Murni). Ke 2 putera tersebut memiliki kekuatan maha gaib, pahala, kebajikan dan kebijaksanaan; Semenjak lama, mereka telah menjalankan KeBodhisatvaan, melaksanakan segala macam paramita, yaitu 1. Dana 2.Sila 3.Tabah 4.Tekun 5.Samadhi 6.Kebijaksanaan 7.Jalan Bijaksana 8.Kewelas Asihan 9.Belas Kasihan 10.Suka Cita 11.Kesatuan 12.Ke 37 Prilaku. Semua paramita demikian telah mereka resapi dan kuasai. Mereka telah peroleh pula samadhi KeBodhisatvaan, yaitu 1.Murni 2.Kumpulan Mentari Rembulan 3.Cemerlang Murni 4.Warna Murni 5.Terang Murni 6.Berhiaskan Panjang 7.Maha Bajik 8.Gudang Bajik. Semua samadhi tersebut telah mereka kuasai.

“Demi Raja Subavyuha dan segenap mahluk, Buddha Galadharagargita menceramahkan Sutra Teratai ini. Ke 2 putera 1.Vimalagharba dan 2.Vimalanetra pergi menghadap ibunya dan dengan tangan terkatup, mereka berkata kepada Sang ibu: ‘Marilah kita bersama-sama pergi mengunjungi Buddha Galadharagargita. kami pun berhasrat mendekati, melayani serta memuliakanNya. Mengapa? Karena betapapun juga Buddha Galadharagargita sedang menceramahkan Sutra Teratai ditengah-tengah kelompok para dewata dan manusia. Marilah kita pergi untuk mendengarkannya.’

“Sang ibu menjawab ke 2 puteranya: ‘Ayah kalian berpegang teguh pada ajaran-ajaran sesat. Temuilah ayahmu dan bujuklah ia untuk pergi bersama-sama kalian menghadap Buddha Galadharagargita.’     

“Ke 2 Vimalaputera berkata kepada ibunya: ‘Kami sesungguhnya adalah pangeran Dharma, akan tetapi kami telah dilahirkan dalam keluarga yang berpandangan keliru!’

“Sang ibu berkata kepada ke 2 puteranya: ‘Kalian memang benar dan peduli terhadap orang tua. Peragakanlah kegaiban kepada ayahmu sehingga ia dapat mempercayaimu dan mengizinkan kalian untuk pergi menjumpai Buddha Galadharagargita.’

“Kemudian ke 2 putera melompat ke langit setinggi 7 pohon tala serta mempertunjukkan beraneka ragam kegaiban, dengan berjalan, berdiri, berduduk dan berbaring ditengah-tengah langit. Memancurkan air dari batang tubuh mereka. Menghembuskan api dari kaki mereka. Selanjutnya, mereka menyemprot air dari kakinya dan memancarkan api dari batang tubuhnya. Membengkakkan tubuh mereka sehingga memenuhi langit dan kemudian menciutkan kembali tubuh mereka. Menghilang dari langit dan muncul di permukaan bumi. Menyelam ke dalam bumi. Berjalan diatas permukaan air. Mereka mempertunjukkan kegaiban-kegaiban demikian sehingga Sang ayah menjadi yakin.

“Seketika itu hati Sang ayah diliputi penuh rasa suka cita, karena telah mengalami (menyaksikan) apa yang belum pernah dialami (disaksikan) sebelumnya. Dengan tangan terkatup, Sang ayah bertanya kepada ke 2 puteranya, seraya berkata: ‘Siapakah guru kalian? Murid siapakah kalian sesungguhnya?’

“Ke 2 putera menjawab: ‘Raja Penguasa! Buddha Galadharagargita yang kini menduduki tahta Dharma dibawah pohon bodhi dan menceramahkan Dharma Sutra Teratai kepada kelompok dewata dan manusia, adalah Guru kami.’

“Sang ayah berkata kepada ke 2 puteranya: ‘Aku berkenan menemui Guru kalian. Marilah kita bersama-sama pergi mengunjungiNya.’

“Pada saat itu ke 2 putera dari langit mendarat kembali ke bumi, maju ke hadapan Sang ibu, dan dengan tangan terkatup berkata kepada Sang ibu: ‘Kini Sang ayah telah yakin dan paham. Ia dapat berbodhicita akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi. Kami telah melaksanakan tugas Buddha dalam membina ayah kami. Izinkanlah kami meninggalkan rumah (menjadi bhiksu) dan melaksanakan Dharma dibawah bimbingan Buddha Galadharagargita.’    

“Pada saat itu ke 2 putera berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah mereka dengan syair:

Sudilah kiranya ibu mengizinkan kami untuk

meninggalkan rumah dan menjadi shramanera.

Alangkah sulitnya menjumpai Sang Buddha.

Kami bersedia mengikuti dan belajar dariNya.

Munculnya Buddha di dunia lebih langka

dari munculnya bunga Udumbara.

Sulit pula untuk terbebas dari belenggu –

Maka izinkanlah kami untuk meninggalkan rumah.

“Sang ibu berkata kepada mereka: ‘Saya mengizinkan kalian untuk meninggalkan rumah (menjadi bhiksu). Mengapa? Karena betapapun juga Sang Buddha sulit ditemui.’

“Ke 2 putera menyapa Sang ayah dan Sang ibu, seraya berkata: ‘Bagus sekali, ayah dan ibu! Marilah kita bersama-sama pergi mengunjungi Buddha Galadharagargita, melayani serta memuliakanNya. Mengapa? Karena betapapun juga menemui Sang Buddha seperti menemui bunga Udumbara ataupun seperti seekor kura-kura bermata satu menemui lobang dari sebuah balok ditengah-tengah lautan samodra luas. Berkat akar-akar kebajikan yang telah kami tanam di kehidupan lampau, kini kami beruntung terlahir ditengah-tengah masa Dharma Sang Buddha. Oleh karenanya, sudilah kiranya ayah dan ibu untuk mengizinkan kami meninggalkan rumah. Mengapa? Karena betapapun juga munculnya Sang Buddha sulit ditemui.’

“Pada saat itu ke 84,000 prameswari istana kerajaan Subhavyuha, semuanya dapat menerima dan menjunjungi Sutra Teratai. Bodhisatva Vimalanetra semenjak lama telah menguasai samadhi Dharma Bunga Teratai, sedang Bodhisatva Vimalagharba semenjak lama telah menguasai samadhi Kebebasan Dari Alam Derita, karena betapapun juga ia berkehendak untuk membebaskan segenap mahluk dari alam derita. Sang ratu Vimaladatta telah pula memperoleh samadhi Pesamuan Para Buddha sehingga ia dapat meresapi dan memahami seluruh kekayaan rahasia Dharma para Buddha. Ke 2 Vimala putera telah berhasil pula merubah dan membina Sang ayah untuk bersuka cita dalam Dharma.

“Kemudian Sang raja Subavyuha disertai Sang ratu Vimaladatta, para prameswari dan selir-selirnya, ke 2 Vimala putera, para menteri, pendamping dan 42,000 pelayannya, pergi mengunjungi Sang Buddha Galadharagargita. Saat mereka tiba, seluruh anggota rombongan bersujud dihadapan Buddha, serta mengitariNya sebanyak 3 kali, dan kemudian mengundurkan diri ke samping.

“Pada saat itu Buddha Galadharagargita menceramahkan Dharma kepada Sang raja, membina dan membuatnya bersuka cita.

“Kemudian Sang raja Subavyuha dan Sang ratu melepaskan kalung-kalung mutiara dari leher mereka dan menaburkannya di atas Buddha Galadharagargita sebagai persembahan. Ditengah-tengah langit, kalung-kalung itu berubah menjadi sebuah menara permata berpilar empat. Di atas menara itu terbentang dudukan sofa berlapiskan ratusan, ribuan, puluhan ribu pakaian kesurgaan, dimana Sang Buddha Galadharagargita duduk bersila memancarkan sinar cahaya gemerlapan.

“Kemudian Sang raja Subavyuha merenungkan demikian: ‘Alangkah langkanya raga Sang Buddha (Galadharagargita), luar biasa mengesankan dan berhiaskan, merupakan rupa yang paling menakjubkan!’

“Kemudian Buddha Galadharagargita menyapa ke 4 golongan pengikut, seraya berkata: ‘Wahai para hadirin sekalian! Lihatkah kalian Raja Subavyuha yang kini berdiri dengan tangan terkatup dihadapanKu? Ditengah-tengah masa DharmaKu, ia akan menjadi bhiksu dan mencurahkan diri dengan penuh di Jalan KeBuddhaan. Ia kelak menjadi Buddha dengan gelar Salendraraja (Raja Pohon Sal). Alamnya disebut Cahaya Agung. Kalpanya disebut Raja Maha Tinggi. Buddha Salendraraja akan mempunyai kelompok para Bodhisatva dan Sravaka yang tak terjumlah. Alamnya rata datar. Demikianlah manfaat berkah pahalanya.’

“Tidak lama kemudian, Sang raja Subavyuha mewariskan kedudukan dan kerajaannya kepada adiknya. Sedang ia beserta ratu Vimaladatta, ke 2 Vimala putera dan seluruh kelompok pelayannya, semuanya meninggalkan istana kerajaan untuk melaksanakan Jalan dibawah naungan Buddha Galadharagargita.

“Selama 84,000 tahun, Subavyuha mencurahkan diri dengan penuh semangat, senantiasa melaksanakan Dharma Sutra Teratai. Sesudah masa ini, ia mencapai samadhi Berhiaskan Segala Manfaat. Melayang ke langit setinggi 7 pohon tala, ia menyapa Buddha Galadharagargita, seraya berkata: ‘Yang Maha Agung! Ke 2 puteraku ini telah melaksanakan tugas Buddha dalam merubahku dari pandangan sesat dan membimbing aku masuk ke Jalan Buddha, serta menyebabkanku menemui Yang Maha Agung. Ke 2 Vimala putera ini adalah sahabatku yang baik. Demi membangkitkan akar-akar kebajikan dari kehidupan lampauku, mereka telahir sebagai puteraku demi membina dan menguntungkan aku.’ (Pada kehidupan lampau, Subavyuha, Vimaladatta dan ke 2 Vimala putera adalah 4 sahabat baik. Subavyuha senantiasa menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan ke 3 petapa).

“Pada saat itu Buddha Galadharagargita berkata kepada raja Subavyuha: ‘Demikianlah, demikianlah! Seperti yang telah kalian katakan. Bilamana putera-puteri baik telah menanam akar-akar kebajikan, maka dikelahiran demi kelahiran mereka akan memperoleh sahabat baik yang akan melaksanakan tugas Buddha dalam mengajar, membina, menguntungkan, menggembirakan serta menyebabkan mereka memasuki Anuttara-Samyak-Sambodhi. Wahai Sang raja! Ketahuilah bahwa sahabat baik adalah sebab musabab dengan mana seseorang dibimbing dan dibina untuk berbodhicita akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi. Wahai Sang raja! Ketahuilah bahwa ke 2 Vimala putera ini telah memuliakan para Buddha sejumlah pasir-pasir di 65 ratus, ribuan, puluhan ribu koti nayuta sungai Gangga, telah mendekatiNya dengan takzim, dan dihadapan para Buddha tersebut telah menerima dan menjunjungi Sutra Teratai, berwelas asih terhadap para mahluk yang berpandangan keliru, serta menyebabkan mereka memperoleh pandangan benar.’

“Kemudian Raja Subavyuha mendarat dari langit dan berkata kepada Sang Buddha: ‘Yang Maha Agung! Munculnya Sang Tathagata merupakan suatu kelangkaan. Berkat manfaat kebijaksanaanNya, urnaNya menerangi segalanya menjadi terang benderang. MataNya panjang, lebar, dan berwarna biru gelap. Lingkaran rambut putih ditengah-tengah alis mataNya, yaitu UrnaNya, putih bagaikan rembulan kristal. GigiNya putih bersih, rapat dan gemerlapan. BibirNya merah dan indah bagaikan buah bimba.’

“Sesudah memuja ciri-ciri kemuliaan Sang Buddha Galadharagargita, Raja Subavyuha kemudian mengatupkan kedua tangannya dan berkata kepadaNya: ‘Yang Maha Agung! Hal demikian belum pernah kami alami sebelumnya! Dharma yang disabdakan oleh Sang Tathagata sempurna dengan manfaat yang menakjubkan. Dimana Dharma dan silaNya ditaati, maka disana akan tenteram dan nyaman sentosa. Mulai hari ini, aku tidak akan bertindak sekehendakku saja, mengikuti pandangan keliru, maupun membiarkan batinku ternodai oleh keangkuhan, kebencian dan sifat buruk lainnya.’

“Sesudah berkata demikian, ia bersujud kepada Buddha Galadharagargita dan berangkat pergi.”

Kemudian Sang Buddha menyapa seluruh pesamuan agung, seraya berkata: “Bagaimanakah pendapatmu? Tidakkah kalian mengenal Sang raja Subavyuha? Ia tidak melainkan Bodhisatva Padmasri (Kebajikan Bunga) sendiri. Sedang ratunya Sang Vimaladatta tidak melainkan Bodhisatva Vairokanarasmipratimanditaraga (Berhiaskan Tanda-Tanda Cahaya) yang kini berada dihadapan Sang Buddha (Shakyamuni). Karena berbelas kasih dan berwelas asih terhadap raja Subavyuha dan para pengikutnya, ia (Sang ratu) terlahir ditengah-tengah kerajaan Subavyuha. Ke 2 puteranya adalah Bodhisatva Bhaisajaraja (Raja Pengobat) dan Bodhisatva Bhaisajasamudgata (Pengobat Terunggul).

“Ke 2 Bodhisatva Bhaisajaraja dan Bhaisajasamudgata telah menyempurnakan jasa-jasa agung sedemikian, dan dihadapan ratusan, ribuan, puluhan ribu koti para Buddha telah menanam banyak akar-akar kebajikan dan telah memperoleh manfaat-manfaat mulia yang tak terhingga. Bilamana seseorang mengenal nama dari ke 2 Bodhisatva ini, maka seluruh dunia para dewata dan manusia akan menyanjungnya.”

Ketika Buddha Shakyamuni menceritakan kisah tentang raja Subavyuha ini, 84,000 orang terbebas dari segala kekotoran batin dan memperoleh mata batin suci terhadap segala perwujudan (Kesunyataan akan segala perwujudan).