bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Sutra Delapan Kesadaran Agung

SUTRA DELAPAN KESADARAN AGUNG
Diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dari bahasa Sansekerta, oleh Bhiksu Lokottama (Ancing), seorang Pangeran Persia, pada awal abad Masehi. Kemudian diberi komentar oleh Bhiksu Pau Ching pada tahun 1932. Terjemahan bahasa Indonesia dibuat oleh Bhiksu Dutavira tahun 1980 di Bogor, disempurnakan kembali pada tahun 1981, dan terakhir tahun 1992 di Jakarta.

SUTRA DELAPAN KESADARAN AGUNG
Para siswa Hyang Buddha, seharusnya membaca dan merenungkan delapan ajaran di bawah ini siang dan malam dengan tekun dan kesungguhan hati, ajaran tentang delapan cara untuk menjadi manusia agung, yang akan membawa para penganut agama Buddha Mahayana mencapai tingkat Pencerahan (bodhi):

KESADARAN AGUNG PERTAMA

Ketidaklanggengan merupakan ciri segala sesuatu di alam semesta. Alam semesta adalah berbahaya dan rapuh, akan mengalami kehancuran. Badan jasmani yang terdiri atas empat unsur pokok (mahabhuta) berkaitan dengan penderitaan dan kekosongan (sunya). Gabungan lima faktor kehidupan (skandha) tidak memiliki suatu pribadi (ego) yang nyata. Adalah merupakan suatu hukum bahwa segala sesuatu yang berkondisi akan timbul dan lenyap. Sama sekali tidak ada penguasaan atas badan jasmani dan objek-objek duniawi. Karenanya, batin (pikiran) merupakan akar kejahatan serta melekat pada objek-objek duniawi, menjadi tempat bersembunyinya dosa dan kejahatan. Dengan melihat semua fenomena dari sudut ini, sedikit demi sedikit kita akan membebaskan diri dari penderitaan kelahiran dan kematian.

KESADARAN AGUNG KEDUA

Nafsu keinginan yang berlebihan akan membuahkan penderitaan. Penderitaan kelahiran dan kematian serta penderitaan menjalani kehidupan yang melelahkan, yang semuanya adalah disebabkan oleh keserakahan. Keinginan yang sedikit, yang bebas dari nafsu dapat membuat batin dan jasmani kita tenang.

KESADARAN AGUNG KETIGA

Ambisi-ambisi yang tidak pernah puas hanyalah mengejar nafsu keinginan, dan dengan begitu menambah dosa-dosa dan karma buruk. Para bodhisattva tak akan pernah berbuat demikian. Mereka harus merasa puas hati, penuh kesabaran dalam menerima penderitaan dengan mengikuti ajaran Hyang Buddha. Mereka tidak akan mencari sesuatu apa pun kecuali kebijaksanaan.

KESADARAN AGUNG KEEMPAT

Kemalasan akan membuat seseorang merosot. Ia harus berusaha terus-menerus penuh semangat (virya). Hanya dengan cara inilah, ia akan dapat menghancurkan semua kejahatan noda batin (klesa), mengatasi empat setan dan menguasai mereka, untuk keluar dari penjara lima faktor kehidupan yang merupakan kemelekatan.

KESADARAN AGUNG KELIMA

Kebodohan dan ketidaktahuan membuahkan penderitan kelahiran dan kematian. Para bodhisattva harus selalu ingat untuk memupuk pengetahuan dengan cara belajar dan mendengar guna mengembangkan dan meningkatkan kebijaksanaan, serta mempersiapkan kefasihan berbicara untuk menyebarkan kitab-kitab suci agama Buddha kepada makhluk-makhluk, dengan penuh welas asih membimbing mereka, yang akan memberikan kebahagiaan besar kepada mereka.

KESADARAN AGUNG KEENAM

Orang miskin kerap kali memupuk kebencian yang menimbulkan hubungan tidak baik dengan orang-orang lain di mana saja. Dalam menjalankan amal kebajikan, para bodhisattva hendaknya selalu memperlakukan musuh dan teman secara sama, dengan kadar welas asih yang sama, tanpa kebencian ataupun ketidaksenangan terhadap orang-orang jahat.

KESADARAN AGUNG KETUJUH

Lima hawa nafsu mengakibatkan dosa-dosa dan kesengsaraan. Meskipun sebagai umat awam, mereka tak seharusnya mengotori diri dengan kesenangan-kesenangan duniawi, tetapi hendaknya selalu merenungkan tentang tiga macam jubah dan mangkuk (patra) serta alat-alat lain yang dipergunakan oleh para bhiksu.

Seandainya umat awam berkeinginan menjadi bhiksu, mereka harus mempelajari kitab-kitab suci agama Buddha dengan tekun dan membersihkan diri dari kejahatan. Dengan demikian, kehidupan mereka yang sempurna dapat dikenang untuk waktu yang lama, luas dan jauh. Di samping itu, mereka akan membagikan kasih sayang yang mendalam kepada setiap mahluk yang menderita.

KESADARAN AGUNG KEDELAPAN

Roda kelahiran dan kematian bagaikan nyala api yang membakar sebuah rumah. Terdapat penderitaan yang tak terhingga. Maka kita harus membangkitkan batin pencerahan (bodhicitta), menolong mengantar semua makhluk ke alam yang lebih bahagia, dengan tekad menerima beban penderitaan mereka, tak peduli betapapun beratnya penderitaan tersebut, serta mengajak mereka terlahir di negeri- Buddha, untuk menikmati kebahagiaan yang sempurna (nirvana).

Delapan ajaran ini adalah jalan yang akan membimbing ke arah Pencerahan Sempurna bagi para bodhisattva dan pengikut aliran Mahayana. Bila seseorang mengikuti ajaran kitab-kitab suci agama Buddha dengan penuh semangat dan ketekunan, maka ia dapat mengembangkan kasih sayang dan kebijaksanaan sekaligus, demi manfaat bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, ia dapat mencapai Pantai Seberang dengan naik rakit Hyang Buddha. Apabila ia suka, atas dasar kasih sayang, ia dapat turun kembali dan berputar dalam roda kelahiran dan kematian dengan satu tujuan dan cita- cita, yaitu membebaskan semua mahluk.

Delapan ajaran ini memberi pandangan umum kepada kita untuk mengerti penderitaan kelahiran dan kematian, dan meninggalkan lima hawa nafsu untuk mengembangkan batin kita dalam usaha mencapai tingkat-tingkat kesucian dalam agama Buddha

Apabila para siswa Hyang Buddha selalu tekun membaca delapan ajaran yang telah diuraikan di atas, mereka dapat menghapuskan dosa yang tak terhitung banyaknya untuk mencapai kebijaksanaan adiduniawi dan segera akan mencapai Pencerahan Sempurna. Sebagai hasilnya, mereka akan bebas dari penderitaan kelahiran kembali dan selalu dapat berdiam dalam keadaan bahagia (nirvana).


SUTRA DELAPAN KESADARAN AGUNG

Sutra ini diajarkan oleh guru kita, Sakyamuni Buddha, kepada umat awam sebelum Beliau parinirvana. Sesungguhnya, sutra ini merupakan ringkasan dari ajaran-ajaran pokok Beliau yang telah dibabarkan selama empatpuluh lima tahun. Maka sutra ini dapat dianggap sebagai warisan Beliau terakhir. Sutra ini mempunyai ciri-ciri yang sama dengan Sutra Empatpuluh Dua Bagian dan Sutra Mahaparinirvana, yang diajarkan oleh Hyang Buddha khususnya bagi para bhiksu.

Gaya tulisan Sutra Delapan Kesadaran Agung ini agak berbeda dari sutra-sutra lainnya. Di dalam sutra-sutra lain, biasanya kita dapatkan kata-kata: “Demikian yang telah aku dengar” pada pembukaan, dan : “Semuanya merasa bahagia dan pulang dengan hati gembira” pada penutup. Tetapi, semua ungkapan ini tidak terdapat dalam sutra ini.

 

 

 

 

 

 

Add comment


Security code
Refresh