bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Karma Makhluk Hidup serta Sebab Akibatnya

 Karma atas Makhluk Hidup serta Sebab Akibatnya


Ketika itu Ibu Mahamaya merangkapkan kedua telapak tangannya memberi hormat kepada bodhisattva Ksitigarbha seraya bertanya, “Yang Arya, bagaimanakah hukum karma yang berlaku bagi para makhluk dari dunia Jambudvipa yang pernah berbuat macam-macam karma buruk itu?”

Ksitigarbha Bodhisattva menjawab, “Dunia serta alam Buddha banyak sekali hingga berjuta-juta. Di dunia Saha terdapat Neraka, di alam lain tiada Neraka. Di dunia Saha terdapat wanita, di alam lain tiada wanita. Dunia yang terdapat Buddha Dharma adalah dunia yang megah agung, dunia yang tidak terdapat Buddha Dharma adalah dunia yang miskin merana. Ada dunia yang terdapat Bodhisattva, tiada Sarvaka dan Pratyeka Buddha, sebaliknya ada dunia yang hanya terdapat Sravaka dan Pratyeka Buddha saja, tanpa Bodhisattva. Jadi tidak terbatas pada makhluk hidup di alam Neraka saja yang mendapat siksaan karena karma berat.

Ibu Mahamaya menjelaskan kembali maksudnya, bahwa beliau ingin mengetahui pembalasan karma yang dilakukan oleh makhluk hidup di dunia Jambudvipa. Ksitigarbha Bodhisattva menjawab Ibu Mahamaya, “Dengarkanlah baik-baik, aku akan menguraikannya dengan singkat.”

“Sudilah menerangkan, kami sekalian telah siap mendengarkan,” sahut Ibu Mahamaya.

Ksitigarbha Bodhisattva menguraikan kepada Ibu Mahamaya, “Hukuman terberat dari Neraka dan berlaku di dunia Jambudvipa adalah sebagai berikut : Apabila terdapat seorang anak durhaka yang tidak pernah mematuhi orang tuanya, bahkan ia berani membunuh orang tuanya, maka umat yang berkelakuan seperti itu akan terjerumus ke dalam Neraka Avici setelah ia meninggal dunia dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.

Apabila terdapat seorang umat yang berani melukai badan Buddha atau berani menfitnah Triratna, tidak menghormati Kitab Suci, juga akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, juga sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.

Apabila terdapat seorang umat yang berani menyakiti bhiksu, berani menodai bhiksuni, atau berani melakukan perbuatan dursila di vihara atau berani membunuh makhluk bernyawa dalam vihara, akan terjerumus juga ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.

Apabila terdapat umat yang berani menyamar sebagai sramana, tapi hatinya bukan sramana dan ia memboroskan harta benda milik Sangha, menipu kulapati, melanggar vinaya, dan melakukan bermacam-macam karma buruk. Orang semacam itu juga akan terjerumus ke dalam neraka Avici dan masa hukumannya hingga jutaan koti kalpa, juga sulit untuk mendapatkan kesempatan keluar dari situ.

Apabila terdapat umat yang berani mencuri harta benda milik Sangha, seperti barang-barang keperluan sehari-hari, beras atau palawija, makanan atau minuman, jubah atau pakaian lain, bahkan barang apapun diambil bukan atas pemberian, ia akan terjerumus ke dalam Neraka Avici dan masa hukumannya juga jutaan koti kalpa dan sulit memperoleh kesempatan untuk keluar dari situ.

Kistigarbha Bodhisattva menjelaskan, “Ibu Mahamaya, jika terdapat umat berbuat karma yang demikian itu, ia akan terjerumus ke dalam Neraka Avici dan tidak dapat mohon istirahat sesaat pun, menderita terus tak berkesudahan.

Ibu Mahamaya bertanya pula kepada Ksitigarbha Bodhisattva, “Yang Arya, mengapa Neraka itu dinamakan neraka Avici?”

Ksitigarbha Bodhisattva menjelaskan, "Ibu Mahamaya yang berbudi, semua Neraka berada dalam Gunung Maha Cakravada . Neraka yang besar terdapat delapan belas buah, yang sedang lima ratus buah. Setiap neraka mempunyai nama sendiri-sendiri. Sedangkan yang kecil jumlahnya banyak sekali, hingga jutaan buah dan namanya pun berbeda-beda juga. Neraka itu kelilingnya kurang lebih delapan juta yojana, semua dilengkapi dengan tembok besi, tinggi tembok tersebut sepuluh ribu yojana, dalam Neraka tersebut tidak ada tempat yang kosong, semuanya dipenuhi kobaran api yang dahsyat. Neraka itu bersambungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai nama yang berbeda-beda. Di antaranya terdapat Neraka yang terbesar, itulah Neraka Avici. Kelilingnya delapan belas ribu yojana. temboknya juga dibuat dari besi dan tingginya seribu Yojana. Kobaran api yang membara menyala-nyala dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Di samping itu terdapat pula ular-ular berbisa dan anjing-anjing buas yang tubuhnya semua terbuat dari besi, dari mulutnya menyembur-nyembur api yang dahsyat. Di atas tembok Neraka itu berkejar-kejaran ke Timur ke Barat. Di dalam Neraka terdapat ranjang besi tersebar seluas sepuluh ribu yojana. Apabila terdapat seorang terhukum berbaring di atas ranjang besi itu, ia segera melihat dirinya telah berada di setiap ranjang besi yang banyaknya ribuan itu. Demikian pula apabila terdapat jutaan orang hukuman berbaring di atasnya, segera mereka melihat tubuhnya berada di setiap ranjang tersebut. Demikian pembalasan dari karma yang mereka perbuat. Dan semua terhukum menerima semua siksaan dan penderitaan.

Kemudian datanglah ribuan mara Yaksa dan hantu jahat. Giginya runcing bagaikan belati, sinar matanya bagaikan kilat, kukunya tajam terbuat dari tembaga. Mereka menyeret-nyeret yang terhukum dengan sesuka hatinya. Ada pula setan Yaksa memegang toya runcing, menusuk-nusuknya ke dalam tubuh orang-orang yang berdosa atau menusuk ke dalam mulut atau hidung atau perut atau punggungnya. Kemudian orang yang ditusuk itu dilempar ke atas lalu disambut kembali dan diletakkan di atas ranjang yang menyala membara.

Ada pula serombongan garuda besi datang mematuki mata orang yang bersalah atau datang ular bertubuh baja melilit leher terhukum atau seluruh sendi tulangnya dipaku dengan paku panjang, atau lidahnya dicabut lalu digilas dengan bajak tajam atau ususnya dikeluarkan lalu diiris-iris menjadi potongan atau mulutnya dituangi cairan tembaga panas atau seluruh badannya dililiti besi panas. Hidup dan mati berulang-ulang ribuan kali, demikianlah pembalasan karma. Demikian hingga jutaan kalpa lamanya, ia akan sulit memperoleh peluang untuk keluar. Jika dunia ini menuju kepunahan, sedangkan masa hukuman bagi para umat yang jahat tersebut belum habis, mereka berpindah ke alam dunia lain untuk menerima hukuman lanjutan, jika alam dunia lain mengalami pula kepunahan, mereka berpindah pula ke alam yang lainnya lagi untuk menerima hukuman selanjutnya, dan jika alam yang lainnya ini mengalami kepunahan pula mereka berpindah lagi ke alam yang lainnya demikian seterusnya, hingga dunia ini terbentuk kembali dan mereka datang pula ke dunia tempat asal mereka. Hukuman karma yang tak terputus-putus ini demikianlah halnya.

Masih terdapat lima hal mengenai hukum karma yang berkaitan dengan Neraka Avici. Maka disebut Anantarya. Kelima macam karma yang bagaimanakah itu ?

1. Mereka yang terhukum mendapat penderitaan siang dan malam tiada henti-hentinya selama berkalpa-kalpa, waktunya tiada terputus-putus. Maka disebut Anantarya

2. Di Neraka tersebut berapapun jumlah orang hukuman, satu atau jutaan, di setiap ruangan akan tetap terasa sesak padat. Maka disebut Anantarya.

3. Tak ada satu terhukum pun yang dapat menghindar dari suatu hukuman, baik itu dari siksaan garpu tajam, tongkat berat, binatang-binatang bertubuh besi seperti garuda, ular, serigala, anjing, dan sebagainya. Atau dari siksaan lesung serta alu besi yang terbakar panas menumbuk tubuh orang yang jahat, atau tubuhnya dilindas, digergaji, dipahat, dikikir, atau diiris-iris menjadi berkeping-keping, atau dimasukkan ke dalam periuk besar berisi air mendidih, atau tubuhnya dibalut dengan jaringan baja yang panas atau diikat dengan tali baja yang telah dibakar, atau dipaksa menaiki keledai besi yang panas atau kuda besi yang panas, lalu dibakar, dikupas kulitnya atau dibawa oleh keledai atau kuda tersebut yang berlari kencang, kemudian disirami cairan besi yang sedang melebur. Apabila orang yang berdosa itu lapar, ia akan diberi makan peluru besi untuk ditelan dan yang haus diberi minum cairan besi. Dan hukuman itu akan dijalaninya. selama berkalpa-kalpa. Penderitaan itu sambung menyambung tiada putus-putusnya. Maka disebut Anantarya.

4. Di Neraka tersebut tidak ada alasan untuk meringankan hukumannya, baik itu lelaki atau wanita, suku bangsa minoritas atau mayoritas, telah lanjut usia atau usia muda belia, kaum bangsawan atau hina dina, naga atau makhluk suci, dewata atau setan, dan sebagainya. Siapa saja yang mempunyai karma berat, ia harus menanggung hukumannya tanpa pandang bulu. Maka disebut Anantarya.

5. Selama hukumannya belum habis, terhukum akan berulang kali mati dan hidup kembali. Siang dan malam mereka akan menerima penderitaan ini. Sekejap pun takkan berhenti. Setelah habis masa hukumannya, barulah ia dilahirkan di alam ini. Maka disebut Anantarya.”

Ksitigarbha Bodhisattva melanjutkan uraiannya, “Keadaan Neraka Avici sungguh rumit sekali dan sulit untuk diterangkan. Aku hanya dapat menguraikannya secara singkat, jika meliputi semua alat-alat hukuman serta rupa-rupa penderitaannya secara lengkap, mungkin hingga satu kalpa pun uraianku belum selesai!”

Setelah mendengar uraian tersebut, Ibu Mahamaya merasa cemas dan sedih! Lalu beliau segera beradara (beranjali) kepada Bodhisattva Ksitigarbha dan kembali ke tempatnya.

 

 

 

 

Add comment


Security code
Refresh