2.1. Menghormat dan bersembahyang (Li pai men).
2.2. Memuliakan (Can ban men).
Senantiasa rajin memuliakan nama Buddha (Buddha Smrti / Nian Fo Namo Oh Mee Toh Fo), mengajarkan dan menyampaikan kebaikan yang diajarkan Buddha kepada orang-orang yang berjodoh dengannya dengan tidak memaksa, memuji kelebihan orang, tidak membicarakan kekurangan orang lain. Jika ingin mengoreksi atau mengingatkan orang yang berkepentingan, maka permasalahannya dibicarakan langsung kepadanya. Dalam batin senantiasa mengingat kebaikan dan budi orang lain, tidak menyimpan rasa kesal, kecewa, marah, iri hati, dendam kepada orang lain.
2.3. Bertekad (Zuo yen men).
Senantiasa membangkitkan tekad untuk menjalankan kewajiban dengan senang hati, bertekad untuk menjadi manusia yang berguna, tidak berbuat jahat dan bodoh lagi, dengan senang hati dan penuh keyakinan melakukan perbuatan baik sebanyak-banyaknya, memberikan yang terbaik untuk keluarganya, serta dengan segenap jiwa dan raga bertekad untuk hidup gembira, tentram dan damai, setelah meninggal dunia terlahir di Tanah Suci Surga Sukhavati.
2.4. Introspeksi maupun samadhi (Guan cha men).
Senantiasa belajar mengoreksi diri dan menimbulkan perasaan menyesal dan bertobat atas perbuatan sendiri yang masih tercela, selalu bermeditasi dengan obyek ber-Buddha Smrti / Nian Fo, selalu dapat melihat semua yang terjadi di dunia ini, pasti ada sebab, jodoh, buah karma dan akibatnya dan semua itu bersumber dari perbuatan sendiri.
2.5. Membagi jasa (Hui xiang men).
Rajin beramal dan berdoa cinta kasih, ringan tangan, dengan senang hati serta penuh keyakinan berbuat baik, membantu orang lain maupun membagi keberuntungannya kepada makhluk lainnya, senantiasa membiasakan diri untuk merenung dan membaca Renungan dan Prasetya Maha Bodhisattva Yang Penuh Welas Asih / Yi Xin Gui Ming. Dengan demikian mudah mencapai tujuan hidup tersebut di atas dan setelah meninggal dunia pasti terlahir di Tanah Suci Surga Sukhavati.
3. Menjalankan Vegetarian / ciacay.
Sebagai manusia yang ingin hidup gembira, tentram dan damai, dia harus mau dan mampu mengembangkan cinta kasih di dalam dirinya. Untuk itu, dia harus belajar pantang mengkonsumsi hasil pembunuhan makhluk hidup, kucai, lokio, bawang putih, bawang bombay, telur ayam kampung.
Agar hasil vegetariannya mempunyai nilai yang sempurna, harus ditambah dengan tidak berbuat jahat, selalu berbuat baik, mau memaafkan kesalahan orang lain, tidak mendendam, iklas menerima kondisi, gemar memberi dan beramal, ucapannya simpatik, berpikir untuk kepentingan yang lain dan tidak sombong. Bila demikian adanya, niscaya hasil vegetariannya akan mendapat nilai yang tinggi, sehingga dikatakan saat itu jiwa dan pikirannya menjadi suci.
Ingat, binatang sekecil apapun yang dibunuh, tentu mempunyai perasaan tidak senang, marah. Semua itu dapat menghambat dan mengganggu kemajuan di dalam Bodhidtta, mengganggu perjalanan pertapaan kita.
4. Melaksanakan Delapan Sila (Asthangasila), terdiri dari:
■ Setelah lewat jam 12:00 siang hingga besok pagi jam 06.00 tidak mengkonsumsi makanan yang dikunyah. Bila sangat terpaksa dapat mengkonsumsi makanan yang di juice / tidak dikunyah, contoh : Juice buah, susu atau havermout / bubur diperbolehkan untuk diminum.
Catatan:
Bila kita masih gemar makan daging, kita harus makan daging yang halal, yaitu daging yang memenuhi 3 kategori sebagai berikut :
Svaha.