bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

DASASILA

Sang Buddha membuat peraturan bahwa seseorang yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga harus membaktikan diri mempelajari Peraturan Kedisiplinan selama lima tahun pertama setelah pentahbisannya, dan setelah mempelajarinya selama lima tahun, dia lalu harus mendengarkan Dharma dan berlatih meditasi. Seorang sramanera-sramaneri, setelah mencukur rambutnya pertama kali harus menerima Sepuluh Sila (Dasasila), dan setelah itu barulah dia ditahbiskan.  Ada orang-orang yang disebut sramanera tapi tidak mengetahui sila, dan ada pula yang besar kepala dan mengabaikan pelajaran mereka. Mereka gagal mengikuti langkah yang benar tapi bercita-cita tinggi. Sungguh sangat disayangkan !  Karena alasan inilah maka saya ingin menjelaskan Dasasila agar dapat memandu para pemula sehingga berada di jalur yang benar. Orang yang meninggalkan kehidupan rumah tangga dengan pikiran yang benar seharusnya melaksanakan Dasasila dengan giat, dan berhati-hati agar jangan sampai melanggar salah satu sila tersebut. Di satu sisi, sila-sila ini menjadi batu loncatan untuk menerima secara penuh Aturan Kedisplinan bagi Bhiksu atau Bhiksuni (Patimokkha Sikkhapada). Di sisi lain, sila-sila ini juga menjadi dasar untuk menerima Bodhisattva Sila.  Pengamalan sila ini akan membangkitkan Samadhi, dan selanjutnya Samadhi akan membangkitkan kebijaksanaan (Prajna). Inilah yang menuntun seseorang untuk mencapai Jalan Kesucian sehingga keputusan menjalani kehidupan tak berumah tangga menjadi sesuatu yang berharga. Jika ada orang yang berkeinginan untuk mempelajari sila ini lebih lanjut, hendaknya dia membaca keseluruhan Vinaya Pitaka.

Dasasila ini dikutip dari Sutra Sepuluh Sila Sramanera (Sha-Mi Shih-Chieh Ching), sebuah kitab yang berisi petunjuk Sang Buddha kepada Sariputra untuk mengajar Rahula.

 
 
Sila pertama dari Dasasila adalah aturan untuk tidak mengambil nyavva atau untuk tidak membunuh. Ini artinya bahwa seseorang tidak boleh dengan sengaja mengambil nyawa makhluk hidup apa pun, mulai dari Sang Buddha, Makhluk Suci, anggota Sangha, ayah dan bunda, bahkan sampai ke makhluk terkecil sekalipun, yang terbang maupun merangkak. Tiap orang tidak sepantasnya membunuh, ataupun menyuruh orang lain untuk membunuh, ataupun mendapatkan kesenangan dengan melihat makhluk lain dibunuh. Sila ini dijelaskan dalam Vinaya, sehingga kita tidak perlu berpanjang lebar lagi di sini. Di banyak kitab terdapat berbagai kisah tentang kewelas-asihan terhadap makhluk yang lebih kecil.
 
Contohnya, seekor kutu ditangkap saat musim dingin dan ditaruh dalam kotak bambu. Lalu sangkamya ditutupi dengan kain agar kutu tersebut tidak kedinginan, dan diberi makanan bergizi agar tidak membeku atau mati kelaparan. Para Bhiksu/ Bhiksuni dianjurkan untuk menyaring air minum mereka guna menghindari terbunuhnya makhluk yang lebih kecil yang dapat saja hidup di dalamnya, dan mereka juga dianjurkan untuk menutupi bara api yang menyala agar jangan sampai ada makhluk yang terjatuh ke dalamnya. Mereka juga tidak dianjurkan untuk memelihara binatang pemangsa seperti kucing dan anjing. Hal ini dilakukan dengan semangat cinta kasih. Jika binatang kecil saja diperlakukan seperti ini, tentunya kita tahu apa yang harus kita Iakukan kepada makhluk hidup lainnya.
 
jika seseorang tidak dapat mengamalkan tindakan cinta kasih seperti di atas, bukankah dia akan menambah pendaritaan makhluk lain? Seperti yang tertulis di dalam kitab, "Amalkanlah cinta kasih dan bantulah mereka yang kesusahan, dan bawalah kedamaian kepada semua makhluk. Jika anda melihat suatu pembunuhan, pikirknlah hal-hal cinta kasih terhadap mereka" Jadinya bagaimana mungkin hal ini tidak diatur?
 
Sila kedua dari Dasasila  adalah aturan untuk tidak mencuri. Setiap orang seharusnya tidak mengambil segala sesuatu yang tak diberikan kepadanya, mulai dari emas, perak, atau barang-barang berharga, sampai ke sebuah jarum atau sebatang rumput sekalipun. Jika obyeknya adalah milik Sangha, atau diberikan sebagai sumbangan, atau milik pemerintah, atau milik masyarakat, lalu diambil dengan diam-diam, dengan berbohong, atau untuk menghindari pajak atau penyelundupan, semua dianggap sebagai pencurian. Sebuah kitab mencatat bahwa seorang Sramanera mengambil tujuh potong buah yang telah diberikan kepada biara, seorang Sramanera lainnya mengambil beberapa potong kue milik Sangha, dan seorang Sramanera lainnya mengambil sedikit madu yang dimiliki oleh
Sangha. Mereka semuanya terjatuh ke dalam neraka. Karena alasan inilah kitab ini mengatakan, "Akan lebih baik untuk memotong lengan sendiri daripada mengambil sesuatu yang bukan miliknya." Jadinya, bagaimana mungkin hal ini tidak diatur?
 

Sila ketiga pada Dasasila adalah aturan untuk tak melakukan aktivitas seksual. Sepuluh Aturan (Dasasila) dari umat Buddha awam mengatur aktivitas seksualnya, tetapi aturan ini di antara Dasasila dari para rahib yang memperingatkan agar benar-benar berpantang dari aktivitas seksual (tidak melakukan). Aktivitas seksual apa pun dengan laki-laki ataupun perempuan, adalah sebuah pelanggaran terhadap Sila ini. Di dalam Surangama Sutra (Leng-Yen Ching), Bhiksuni Padmagandha diam-diam berhubungan seksual, dengan mengatakan bahwa keinginan tersebut tak ada sangkut paut dengan pembunuhan ataupun pencurian, dan karenanya tak ada hukuman atas pelanggaran tersebut Akhimya tubuhnya hangus terbakar dan dia terlahir di neraka. Keinginan inilah yang menyebabkan banyak orang terbunuh dan keluarga mereka berantakan. Jadi bagi kita yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga, bagaimana mungkin hal ini tidak diatur! Nafsu keinginan adalah penyebab semua kelahiran dan kematian. Ada kitab yang mengatakan, "Meskipun kita lahir dikarenakan nafsu seksual yang tak suci, tapi jauh lebih baik bila meninggal dalam kesucian." Jadinya, bagaimana mungkin hal ini tidak diatur?

Sila keempat pada Dasasila adalah aturan untuk tidak berbicara hal yang menyesatkan.
Ada empat macam bentuk kebohongan :
  1. Kebohongan dengan mengatakan bahwa yang benar adalah salah dan yang salah adalah benar, mengatakan bahwa anda tidak melihat sesuatu di saat kau sebenamya melihatnya, pendeknya, berbicara bohong.
  2. Perkataan tak senonoh : ini berlandaskan kepada pembicaraan dengan bahasa yang muluk-muluk yang digunakan untuk mengarahkan seseorang kepada nafsu keinginan yang lebih besar dan menghilangkan pikiran serta tindakan cinta kasih, yang membuat seseorang bertingkah Iaku tak senonoh.
  3. Caci maki : ini adalah pembicaraan yang mengkritik orang lain dengan cara yang kasar dan keji.
  4. Bicara berputar balik : yaitu, ketika seseorang mengatakan sesuatu kepada seseorang, dan mengatakan sebaliknya kepada orang lainnyaperkataan yang merenggangkan hubungan orang dan nenjauhkan seseorang dari rasa hormat dan cinta kasih dan yang membawa pertengkaran dan perselisihan. Ini juga temiasuk kebiasaan memuji seseorang di hadapannya dan kemudian meremehkannya, berkata ya di hadapannya dan mengatakan tidak di belakangnya, menunjukkan kesalahan seseorang dan membicarakan kelemahannya Semua ini adalah contoh dari bicara yang menyesatkan.

Jika seorang awam mengaku bahwa dia telah mencapai tingkat kesucian tertentu, misalnya tingkat Srotapanna atau Sakrdagamin, dan lain lain, maka ini disebut kebohongan besar dan Aturan ini tidak dilanggar jika bicara menyesatkan ini dilakukan guna menyelamatkan hidup orang Iain, atau dengan semangat cinta kasih demi membantu makhluk hidup lainnya.

Orang zaman dahulu telah menyatakan bahwa dasar-dasar berlatih diri dimulai dari aturan untuk tidak bicara yang menyesatkan. Bukankah ini juga merupakan masalah bagi orang yang meninggalkan kehidupan rumah tangga? Sebuah kitab menyatakan ada seorang Sramanera mentertawakan seorang Bhiksu tua yang sedang membaca sutra dengan mengatakan bahwa suaranya seperti suara anjing melolong. Temyata Bhiksu tua ini adalah seorang Arahat, dan berkat bantuan Arahat yang mengajarkan Sramanera ini untuk segera menyesali pelanggaran yang dibuatnya sehingga Sramanera tersebut dapat terhindar dari terlahir di neraka Namun demikian, dia tumimbal lahir dalam bentuk seekor anjing. Dapatkah anda bayangkan, hukuman bagi hanya satu perkataan buruk adalah seberat ini ! Sebuah kitab menyatakan, "Seseorang yang hidup di dunia ini seolah-olah ada kapak yang berada di mulutnya, dan dengan kapak ini ia dapat membuat diri sendiri terpotong-potong Kapak ini adalah perkataan buruk." Jadi, bagaimana mungkin hal ini tidak diatur ?

Sila kelima dari Dasasila adalah aturan untuk tidak meminum minuman yang memabukan. Minuman yang memabukkan berarti apa saja yang ketika diminum menyebabkan seseorang menjadi mabuk. Ada banyak macam minuman yang terbuat dari bahan-bahan seperti gula tebu, anggur dan berbagai bunga/ tumbuhan, dan tak satu pun dari mereka yang boleh diminum. Minuman seperti ini hanya diperbolehkan pada kasus sakit berat, di mana bila tidak diminum maka si penderita tidak akan sembuh, dan hanya dapat diminum setelah dewan Sangha diberitahu mengenai hal ini.

Seorang Sramanera tidak diperbolehkan meminumnya barang setetes pun atau mencium baunya la juga tidak diperbolehkan tinggal di kedai di mana minuman keras ini dijual, dan ia juga tidak boleh mernberikan minuman keras tersebut kepada orang lain untuk diminum.

Kaisar Yu amat sedih karena bangsa barbar di sebelah Barat membuat minuman keras. Raja Chou yang lalim mengisi sebuah kolam dengan minuman keras, dan dengan melakukan hai ini negerinya menjadi hancur. Anggota Sangha yang meminum minuman keras merupakan sesuatu hal yang sangat memalukan. Dahulu ada seorang yang saleh yang melanggar aturan terhadap larangan meminum minuman keras, dan dalam keadaan mabuk dia bahkan melanggar semua aturan lainnya. Satu minuman keras mengandung tiga puluh enam kesalahan, jadi kita Iihat bahwa pelanggaran ini bukanlah hal yang kecil. Setelah meninggal dunia, seseorang yang kecanduan berat minuman keras akan jatuh ke dalam neraka yang penuh dengan kotoran dan tolol, dan dia akan memotong benih-benih kebijaksanaan. Alkohol itu seperti obat yang akan menyesatkan pikiran dan membuat orang bertindak kacaulebih parah dari pada jika dia meminum racun arsenik. Sebuah kitab mengatakan, "Lebih baik minum tembaga cair dari pada melanggar aturan larangan meminum minuman keras." Jadi, bagaimana mungkin hal ini tidak diatur?

Sila keenam dari Dasasila adalah aturan untuk tidak menggunakan wewangian dan karangan bunga. Di negara-negara Barat orang menguntai bunga menjadi karangan bunga, dan ini mereka kenakan di leher mereka, ini mirip dengan kebiasaan orang Tionghoa jaman dahulu yang memakai topi sutra yang berhiaskan batu permata. Orang-orang kaya di belahan dunia Barat menggunakan bubuk dupa yang vvangi, dan memerintahkan kepada seorang gadis untuk menggosokkan bubuk dupa wangi ini di tubuh mereka, ini mirip kebiasaan orang menggunakan parfum. Bagaimana mungkin seseorang yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga menggunakan barang semacam ini?

Sang Buddha hanya mengijinkan penggunaan tiga jubah yang terbuat dari bahan-bahan rami yang kasar. Bahan kulit dan sutera didapatkan dengan membunuh makhluk hidup sehingga merusak pikiran cinta kasih dan kasih sayang kita dan ini merupakan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. Jubah semacam ini dapat dipakai hanya oleh seorang rahib yang berusia di atas 70 tahun, yang tak tahan dingin bila tidak menggunakan bahan tersebut. Tak ada orang lain diizinkan untuk menggunakan bahan sutera dan kulit. Kaisar Yu dari Dinasti Hsia tidak suka pada bahan sutera, dan pejabat Kung Sun Hung memakai pakaian kasar. Jika orang kaya dan terhormat tidak melakukan apa yang boleh mereka lakukan, lalu bagaimana mungkin orang-orang yang mencari Pencerahan membutuhkan perhiasan dan pakaian semacam itu?

Seyogianyalah, jubah orang semacam ini terbuat dari bahan yang lusuh. Bahan semacam inilah yang cocok bagi mereka. Pada jaman dahulu ada rahib terkenal yang selama 30 tahun hanya memakai sepasang sandal sederhana. Sampai sejauh mana kiranya orang awam seharusnya tidak memakai barang-barang mewah? Jadi, bagaimana mungkin hal ini tidak diatur?

Sila ketujuh dari Dasasila adalah aturan untuk tak menyanyikan lagu, tidak menonton ataupun mendengarkan pertunjukan musik. Yang dimaksud dengan "lagu" di sini adalah segala jenis lagu atau melodi apapun yang keluar dari mulut, dan tarian adalah segala jenis hiburan dengan gerakan tubuh. "Pertunjukan musik" adalah segala musik yang dihasilkan dengan alat musik tiup atau petik. Musik semacam ini tidak boleh dilakukan oleh rahib, dan bila musik ini dilakukan oleh orang lain, si rahib tak seharusnya datang, melihat atau pun mendengarkannya.

Dahulu kala ada seorang bijak yang karena dia mendengarkan seorang wanita menyanyikan sebuah lagu yang sangat memikat hati, kehilangan kekuatan super-normalnya. Jika sedemikian berbahayanya mendengarkan dan menonton musik, seberapa banyak lagi kebodohan bila menciptakan sendiri musik tersebut? Orang awam sekarang ini mungkin berpikir bahwa karena Sutra Teratai berbicara tentang "alat musik petik dan tiup", maka tidak ada salahnya mempelajari musik. Tetapi musik yang dimaksudkan dalam Sutra Teratai adalah yang dihasilkan sebagai suatu persembahan-puja kepada Sang Buddha, dan tidak diciptakan untuk kenikmatan seseorang. Musik dapat dimainkan di dalam biara selama perayaan istimewa keagamaan saat diminta oleh umat, tetapi sekarang, demi keselamatan dalam kelahiran dan kematian kita telah menyingkirkan kebiasaan hidup berumah tangga dan telah menjadi rahib, jadi mengapa kita tak berlatih dengan cara yang benar dari pada sekedar mencari kesenangan dari keahlian semacam ini? Lagi pula permainan seperti catur, berjudi, dan berbagai permainan dadu semuanya mengganggu pikiran untuk mencari Pencerahan, dan menambah pelanggaran dan kesalahan. Jadi, mungkinkah seseorang tidak mematuhi aturan ini?

Sila kedelapan dari Dasasila adalah aturan untuk tidak duduk di atas tempat tidur mewah. Sang Buddha mengatur bahwa ketinggian tempat tidur tak seharusnya melebihi dari delapan jari-jari Sang Tathagatha, dan apabila ada tempat tidur yang lebih tinggi dari ini maka hal ini merupakan suatu pelanggaran. Lebih lanjut barang itu tak seharusnya dicat atau diukir dengan indah ataupun dihiasi dengan gantungan-gantungan yang mahal dan berharga. Dahulu kala, orang duduk di atas rumputdan tidur di bawah pohon, tetapi tempat tidur dan bangku pada masa kini telah melebihi kebiasaan zaman dahulu. Mengapa ada kebutuhan untuk menggunakan tempat tidur yang lebih tinggi atau lebih luas, bila hal semacam ini hanyalah membuat tubuh kita berangan-angan yang tidak baik. Bhiksu Parsva tidak pemah dalam hidupnya duduk di atas alas duduk. Guru Meditasi Kao Feng Miao mengeluarkan pemyataan bahwa selama masa tiga tahun dia takkan menggunakan tempat tidur atau kursi. Guru Wu Ta menerima sumbangan sebuah kursi dari kayu cendana, dan sebab itu menghancurkan pahala yang telah dia kumpulkan dan mendapatkan ganjaran yang menyakitkan. Jadi, mungkinkah seseorang tidak mematuhi aturan ini?

Sila kesembiian dari Dasasila adalah aturan untuk tidak menyantap makanan pada waktu yang dilarang. "Waktu yang dilarang" adalah waktu setelah lewat tengah hari, karena ini adalah waktu di mana para anggota Sangha tak boleh makan. Semua dewa makan di waktu subuh, para Buddha makan di tengah hari, binatang makan di sore hari, dan para Preta (setan kelaparan) makan di malam hari. Sangha seharusnya menjadikan Buddha sebagai panutan sehingga tidak seharusnya makan setelah lewat tengah hari. Saat Preta mendengarkan suara mangkok, segeralah bara api yang besar muncul di kerongkongan mereka, oleh karena itu kita tidak boleh ribut saat menyantap makan siang. Tentunya kita tak boleh ribut setelah siang hari ! Dahulu kala, ada seorang rahib terkenal yang mendengar rahib lain di ruangan sebelah sedang menyiapkan makanan setelah lewat tengah hari, dia segera menangis tersedu-sedu, meratapi kemerosotan Buddha -Dharma. Dewasa ini tubuh manusia lemah dan rawan terkena penyakit, dan mereka yang punya keinginan untuk sering makan adalah mungkin orang-orang yang tak dapat menjunjung sila ini. Karena alasan inilah maka orang zaman dahulu menyebut makan malam itu sebagai "obat", karena dikonsumsi untuk menyembuhkan penyakit.

Kita harus sadar bahwa bila kita menyimpang dari aturan langsung dari Sang Buddha, kita seharusnya merasa malu sekali atas tindakan kita. Kita harusnya sadar akan penderitaan Preta. Kita seharusnya selalu bertindak untuk menyelamatkan semua makhluk dengan cinta kasih. Kita seharusnya tidak makan dengan rakus, dan tidak seharusnya berkeinginan untuk makan enak, serta kita seharusnya tidak makan sembarangan. Jika kita tidak melakukan hal-hal tersebut, maka penyimpangan yang kita Iakukan akan semakin berat. Jadi, mungkinkah seseorang tidak mematuhi aturan ini?

Sila kesepuluh dari Dasasila adalah aturan untuk tidak menyimpan emas, perak, dan barang berharga lainnya. "Barang berharga" mengacu kepada tujuh jenis barang berharga. Semua barang ini menambah pikiran tamak,  dan menghalangi latihan seseorang. Karena alasan inilah Sang Buddha, di saat beliau masih berada di dunia ini, menyuruh semua rahib pengikutnya untuk meminta makanan, dan tidak memperbolehkan adanya dapur di biara, dan mereka bergantung kepada orang lain (para pengikut mereka) untuk pakaian dan tempat penginapan mereka. Pada kondisi demikian, emas dan perak menjadi tidak berarti. Menyentuh dan memegang emas dan perak bahkan tidak diperbolehkan. Sudah jelas bagaimana kerasnya aturan bagi para rahib itu dalam hal yang menyangkut uang. Para pengikut Kong Hu Cu bahkan tak bergeming walau mereka menggali emas, dan para pengikut Sang Buddha menganggap diri mereka sendiri miskin, sehingga apa gunanya menimbun uang? Masyarakat sekarang tak dapat hidup dengan hanya bergantung dari meminta-minta, beberapa orang berdiam di biara yang besar, sebagian hidup dalam pertapaan yang kecil dan sebagian menghabiskan waktunya berkelana ke tempat terpencil. Mereka tak dapat menghindari penggunaan emas dan perak (uang).

Orang seperti ini seharusnya sadar akan kenyataan bahwa mereka menyimpang dari aturan yang dicanangkan Sang Buddha. Mereka seharusnya merasa sangat malu terhadap diri sendiri, dan seharusnya. memikirkan kemiskinan orang lain. Mereka seharusnya gemar berderma dan tidak menimbun harta benda. Mereka seharusnya tidak terlibat jual beli. Mereka seharusnya tidak merghiasi pakaian mereka dengan tujuh harta. Jika mereka mengikuti aturan hidup ini, maka semuanya akan menjadi baik. Tetapi jika mereka tidak melakukan hal ini, penyimpangan mereka akan semakin berat. Jadi, mungkinkah seseorang tidak mematuhi aturan ini?

Svaha.

 

 

Add comment


Security code
Refresh