bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Saddharma Pundarika Sutra (妙法蓮華經) Bab 11 Stupa Permata

Bab 11

Stupa Permata

 11

Pada saat itu dihadapan Sang Buddha muncul dari dataran tanah sebuah stupa dari 7 benda berharga setinggi 500 yojana dengan panjang dan lebar yang sama, yaitu 250 yojana. Stupa permata itu melayang tinggi ke langit. Stupa itu berhiaskan segala macam benda berharga dan dengan megahnya diperindah dengan 5,000 sandaran, ribuan ruangan, serta panji dan bendera yang tak terhitung banyaknya. Tergantungi untaian-untaian permata dan ribuan koti genta-lonceng manikam padanya. Ke 4 sisinya menebarkan heharuman kayu cendana tamalapatra yang wanginya semerbak memenuhi dunia. Bendera dan tirainya dari 7 benda berharga, yaitu emas, perak, lapis lazuli, batu bulan, batu mulia, mutiara dan cornelian, menjulang tinggi mencapai istana-istana 4 raja kesurgaan (Surga Tingkat 1). Para dewata dari surga Trayastrimsha (Surga Tingkat 2) menaburi bunga-bunga mandarava sebagai pujaan untuk stupa permata itu. Sedang para dewata, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, seluruh rombongan ribuan, puluhan ribu koti para mahluk demikian memuliakan stupa permata itu dengan segala macam bebungaan, dedupaan, kalungan, panji, tirai dan alunan musik, menyanjung serta memujanya.

Kemudian dari tengah-tengah stupa permata itu terdengar suara lantang yang memuji, seraya berkata: “Bagus sekali, bagus sekali, Sang Shakyamuni! Beliau dapat menceramahkan tentang kebijaksanaan Buddha, yaitu Sutra Teratai, Dharma petunjuk bagi para Bodhisatva, Dharma yang senantiasa dilindungi dan diingati oleh para Buddha, membentangkannya kepada pesamuan besar ini. Begitulah, begitulah Shakyamuni, Yang Maha Agung! Semua yang Beliau uraikan adalah yang sesungguhnya!”

Pada saat itu ke 4 golongan memandang ke arah stupa permata itu dan mendengar suara-suara tersebut. Semuanya bersuka cita dalam Dharma dan mengagumi akan kejadian yang belum pernah mereka alami itu. Segera mereka bangkit dari duduknya dan dengan tangan terkatup mengundurkan diri ke samping.

Sementara itu Bodhisatva Mahasatva Mahapratibana (Suka Cita Berceramah) yang mengetahui adanya kebimbangan dalam batin para dewata, asura serta beraneka ragam mahluk lainnya, maka bertanyalah ia pada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Apakah sebabnya stupa permata ini menjulang tinggi ke langit? Apakah sebabnya suara ini keluar dari tengah-tengahnya?”

Kemudian Sang Buddha menjelaskan: “Wahai Bodhisatva Mahapratibana! Didalam stupa permata ini telah hadir seluruh raga Sang Tathagata. Dahulu silam, jauh diarah timur ribuan, puluhan ribu koti asamkhyeya dunia yang tak terhitung, terdapat sebuah alam yang bernama Ratnavisuddha (Suci Permata), dan Sang Tathagata yang bergelar Prabhutaratna (Harta Melimpah). Ketika Buddha Prabhutaratna sedang menjalankan KeBodhisatvaan, Beliau berikar: ‘Setelah Aku menjadi Buddha dan setelah kemokshaanKu nanti, didunia manapun juga di 10 penjuru terdapat suatu tempat dimana Sutra Teratai ini diceramahkan, maka disana stupaKu akan segera muncul untuk mendengarkan Sutra Teratai ini, menjaminkan kemurniannya, serta memujanya.’     

“Ketika Buddha itu telah mentuntaskan tugas BuddhaNya dan hampir tiba saatnya moksha, ditengah-tengah pesamuan para dewata dan manusia, Beliau mengumumkan kepada para bhiksu: ‘Sesudah kemokshaanKu nanti, bagi mereka yang berhasrat memuliakan seluruh ragaKu, maka dirikanlah buatKu sebuah stupa besar.’ Buddha Prabhutaratna dengan kegaiban dan kekuatan ikrarNya, menjamin di dunia manapun juga di 10 penjuru terdapat suatu tempat dimana Sutra Teratai ini diceramahkan, maka disana stupaNya akan segera muncul dan dari dalamnya Beliau memuji: ‘Bagus sekali, bagus sekali!’

“Wahai Mahapratibana! Kini Sang Prabhutaratna karena telah mendengar ceramah Sutra Teratai ini, maka stupaNya telah muncul dari bumi seraya memuji: ‘Bagus sekali, bagus sekali!’”

Bodhisatva Mahapratibana yang mengetahui daya kekuatan gaib Sang Tathagata, bermohon kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Kami berhasrat melihat raga Buddha tersebut.”

Kemudian Sang Buddha menjawab Bodhisatva Mahapratibana: “Buddha Prabhutaratna telah berikrar demikian: ‘Ketika stupaKu muncul dihadapan Buddha yang sedang menceramahkan Sutra Teratai ini, dan bilamana Beliau berhasrat mempertunjukkan ragaKu kepada ke 4 golongan, maka biarlah seluruh raga-raga yang berasal dari Buddha itu kembali berkumpul di satu tempat. Hanya sesudah itu, barulah Aku akan menampakkan diriKu.’ Wahai Mahapratibana! Oleh karenanya, kini Aku (Shakyamuni) akan mengumpulkan seluruh raga-ragaKu yang kini sedang menceramahkan Dharma di 10 penjuru.”

Bodhisatva Mahapratibana berkata kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Aku dan lainnya berhasrat melihat seluruh raga-raga Beliau, serta memuliakannya.”

Kemudian Sang Buddha memancarkan sinar dari lingkaran rambut putih yang terletak ditengah-tengah alis mata Beliau. Segera terlihat para Buddha dalam dunia-dunia di kawasan sebelah timur sejumlah pasir-pasir di 500 puluhan ribu koti nayuta sungai Gangga. Seluruh buminya terbuat dari kristal, berhiaskan pepohonan permata dan jubah-jubah permata. Dihuni oleh ribuan, puluhan ribu koti para Bodhisatva. Dimana-mana bergelantungan tirai-tirai permata yang teringkupi untaian-untaian permata. Para Buddha yang ada di dunia-dunia tersebut menceramahkan berbagai macam ajaran Dharma dengan suara BrahmaNya yang dalam dan menakjubkan. Terlihat pula puluhan ribu koti para Bodhisatva yang tak terjumlah sedang menceramahkan Dharma dihadapan pesamuan besar. Demikian pula, di kawasan sebelah selatan, barat, utara, 4 ditengah-tengahnya, atas dan bawah. Di jurusan manapun tersinari pancaran cahaya Sang Buddha, terlihat hal yang serupa (Setiap 10 penjuru satu per satu tersinari).

Kemudian seluruh raga manifestasi Shakyamuni di 10 penjuru itu, masing-masing menyapa kelompok BodhisatvaNya seraya berkata: “Putera-putera baik! Kini Aku harus pergi menghadap Buddha Shakyamuni di dunia Saha serta memuliakan stupa Sang Prabhutaratna.”

Seketika itu juga, dunia Saha terhias menjadi bersih dan suci. Buminya dari lapis lazuli dan berhiaskan pepohonan permata. Ke 8 jalan rayanya dibatasi dengan tali kencana emas. Tiada pedusunan, perkampungan, desa, kota, lautan besar, sungai besar, pegunungan, aliran sungai kecil ataupun hehutanan; Dedupaan harumnya wangi semerbak. Seluruh bumi bertaburkan bunga-bunga mandarava. Jaringan permata dan tirai-tirai memenuhi langit digantungi genta-genta permata. Disana hadir pesamuan agung itu, sedang para dewata dan manusia telah dipindahkan (dengan daya kekuatan gaib Shakyamuni) ke kawasan lainnya.

Kemudian seluruh raga-raga Shakyamuni yang masing-masing didampingi oleh Bodhisatva Mahasatva tiba di dunia Saha ini. Masing-masing Buddha maju ke kaki sebuah pohon permata. Setiap pepohonan permata itu setinggi 500 yojana, berhiaskan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan sesuai dengan proporsinya masing-masing. Dibawah setiap pepohonan permata itu terdapat tahta singa setinggi 5 yojana dan berhiaskan manikam-manikam besar. Kemudian para Buddha (Shakyamuni) menempati dudukannya masing-masing diatas tahta singa tersebut. Dengan demikian tahta-tahta singa itu memenuhi milyaran dunia, namun raga-raga Shakyamuni yang berdatangan dari satu jurusan pun belum juga tuntas.     

Pada saat itu Buddha Shakyamuni yang berkehendak menyediakan ruangan bagi seluruh raga-ragaNya (yang belum tiba), kemudian mentransformasi 200 puluhan ribu koti nayuta dunia di setiap 8 arah, membuatnya menjadi bersih dan suci tanpa alam neraka, setan kelaparan, binatang ataupun asura. Ia memindahkan pula para dewata dan manusia ke kawasan lainnya. Bumi didunia-dunia itu terbuat dari lapis lazuli. Berhiaskan pepohonan permata setinggi 500 yojana dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan sesuai dengan proporsinya masing-masing. Dibawah setiap pepohonan permata itu terdapat tahta singa setinggi 5 yojana yang terhiasi dengan segala jenis benda berharga. Tiada lautan besar ataupun aliran sungai kecil, pegunungan tinggi seperti gunung Muchilinda, gunung MahaMuchilinda, gunung Lingkaran Besi, gunung Lingkaran Besi Besar ataupun gunung Sumeru. Seluruhnya terbentang lapang menjadi satu Buddhaloka. Buminya datar dan rata, terbuat dari permata. Dimana-mana bergelantungan bendera dan terpal, serta tirai-tirai permata yang teringkupi untaian-untaian permata. Sedang dupa yang terbakar harumnya wangi semerbak. Seluruh bumi bertaburkan bunga-bunga permata kesurgaan.

Buddha Shakyamuni yang berkehendak menyediakan ruangan bagi seluruh raga-ragaNya, sekali lagi mentransformasi  200 puluhan ribu koti nayuta dunia di setiap 8 arah, membuatnya menjadi bersih dan suci tanpa alam neraka, setan kelaparan, binatang ataupun asura. Ia memindahkan pula para dewata dan manusia ke kawasan lainnya. Bumi didunia-dunia itu terbuat dari lapis lazuli. Berhiaskan pepohonan permata setinggi 500 yojana dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan sesuai dengan proporsinya masing-masing. Dibawah setiap pepohonan permata itu terdapat tahta singa setinggi 5 yojana yang terhiasi dengan segala jenis benda berharga. Tiada lautan besar ataupun aliran sungai kecil, pegunungan tinggi seperti gunung Muchilinda, gunung MahaMuchilinda, gunung Lingkaran Besi, gunung Lingkaran Besi Besar ataupun gunung Sumeru. Seluruhnya terbentang lapang menjadi satu Buddhaloka. Buminya datar dan rata, terbuat dari permata. Dimana-mana bergelantungan bendera dan terpal, serta tirai-tirai permata yang teringkupi untaian-untaian permata. Sedang dupa yang terbakar harumnya wangi semerbak. Seluruh bumi bertaburkan bunga-bunga permata kesurgaan.

Pada saat itu raga-raga Shakyamuni yang berasal dari jurusan timur, yaitu para Buddha sejumlah pasir-pasir di ratusan, ribuan, puluhan ribu koti nayuta sungai Gangga, yang sedang menceramahkan Dharma, semuanya telah datang berkumpul disini. Begitulah secara bergantian seluruh raga-raga Shakyamuni dari setiap 10 penjuru, Semuanya datang berkumpul. Masing-masing Buddha (Shakyamuni) menempati dudukannya diatas tahta-tahta singa, sehingga 400 ( 200 + 200 ) puluhan ribu koti nayuta dunia disetiap 8 arah itu terpenuhi oleh raga-raga Shakyamuni.

Kemudian para Buddha (raga-raga Shakyamuni), yang sedang duduk bersila diatas tahta-tahta singa disetiap kaki pepohonan permata itu, masing-masing mengutus Bodhisatva pendampingnya untuk pergi menyambut Buddha Shakyamuni. Masing-masing Buddha menyerahkan segenggam bunga permata kepada Bodhisatva pendampingnya seraya berkata: “Wahai putera baik! Temuilah Buddha Shakyamuni di gunung Gridhrakuta dan sampaikanlah pesan saya ini: ‘Apakah Beliau sehat dan baik-baik saja? Apakah batin Beliau dalam keadaan baik? Apakah para Bodhisatva dan SravakaNya tenteram dan baik-baik saja?’ Lalu, taburkanlah bunga-bunga permata ini diatas Buddha Shakyamuni sebagai pujaan, dan berkatalah demikian: ‘Kami para Buddha berhasrat pula mengikut serta dalam upacara pembukaan stupa permata ini.’”

Masing-masing Buddha mengutus Bodhisatva pendampingnya untuk berbicara demikian. Pada saat itu Buddha Shakyamuni menyaksikan seluruh raga-ragaNya datang berkumpul, masing-masing duduk bersila diatas singgasana dan mendengar bahwa para Buddha tersebut berhasrat mengikut serta dalam upacara pembukaan stupa permata. Kemudian Beliau bangkit dari duduknya dan terbang ke langit. Seluruh pesamuan 4 golongan itu berdiri dan dengan tangan terkatup memandang Sang Buddha.

Kemudian Buddha Shakyamuni dengan jari tangan kananNya membuka pintu stupa dari 7 benda berharga itu. Terdengarlah bunyi keras bak bunyi deritnya engsel dari sebuah pintu gerbang kota besar ketika dibuka. Seluruh anggota pesamuan itu menyaksikan Buddha Prabhutaratna duduk bersila didalam stupa permata. Seluruh pesamuan itu mendengarNya berkata: “Bagus sekali, bagus sekali, Sang Shakyamuni! Beliau telah menceramahkan Sutra Teratai ini dengan penuh semangat dan Aku pun telah datang kemari untuk mendengarkan Sutra Teratai ini.”

Pada saat itu ke 4 golongan pengikut menyaksikan Buddha Prabhutaratna yang sudah kian lama moksha pada ribuan, puluhan ribu koti kalpa yang tak terbatas dahulu silam, berkata demikian. Semuanya kagum akan hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Kemudian mereka menggenggam bunga-bunga kesurgaan (yang tertumpuk dipermukaan bumi, bab 07) dan menaburkannya diatas Buddha Prabhutaratna dan Buddha Shakyamuni.

Segera Buddha Prabhutaratna menawarkan setengah dudukannya didalam stupa permata itu kepada Buddha Shakyamuni, seraya berkata: “Shakyamuni! Duduklah disini.” Sang Buddha dengan segera memasuki stupa tersebut dan menempati setegah dudukan itu.

Seluruh pesamuan agung yang menyaksikan ke 2 Tathagata itu duduk bersila diatas singgasana didalam stupa 7 permata itu, semuanya merenungkan: ‘Kedua Buddha duduk jauh dilangit! Andaisaja Sang Tathagata mengizinkan kami untuk bergabung bersama denganNya di langit.’ 

Berkat daya kekuatan gaib Sang Buddha, seluruh pesamuan agung itu melayang ke langit! Dengan suara BrahmaNya yang mendalam, Beliau menyapa seluruh 4 golongan itu seraya berkata: “Siapakah yang dapat memaklumi secara meluas Sutra Teratai ini? Kini waktunya. Sebab tidak lama lagi, Sang Tathagata akan memasuki Nirvana. Sang Buddha berkehendak mempercayakan Sutra Teratai ini kepada kalian agar Sutra ini dilestarikan.”

Kemudian Sang Buddha berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah Beliau dengan syair:    

Yang Maha Suci, Yang Maha Agung ini,

meski sudah kian lama moksha,

duduk didalam stupa 7 permataNya,

untuk datang kemari demi mendengarkan Sutra ini.

Para hadiri sekalian! Mengapa kalian tidak

mencurahkan diri untuk bertindak demikian?

Buddha ini telah sekian lama moska,

berkalpa-kalpa yang tak terbatas dahulu silam,

namun Beliau hadir dimanapun Dharma diceramahkan,

sebab kesempatan demikian jarang ditemui.

Pada awalnya, Buddha ini berikrar:

‘Sesudah kemokshaanKu nanti,

kemanapun Aku pergi, di tempat manapun juga,

tujuanKu hanya demi mendengarkan Dharma!’

Lagipula, seluruh raga-raga yang berasal dariKu,

para Buddha sejumlah pasir-pasir di sungai Gangga,

telah datang berkumpul disini untuk mendengarkan Dharma,

dan mengunjungi Buddha Prabhutaratna.

Masing-masing Buddha telah meninggalkan

alamNya yang menakjubkan itu,

dan kelompok para BodhisatvaNya,

para dewata, manusia, naga dan mahluk halus,

serta pujaan-pujaan yang dipersembahkan mereka,

untuk datang berkumpul di satu tempat ini,

agar seluruh kekayaan Dharma dapat dipertahankan.

(Sebab Sutra Teratai ini adalah Sutra yang termulia)

Demi menyediakan tempat bagi seluruh raga-ragaKu,

Aku dengan daya kekuatan gaibKu,

telah memindahkan kelompok para mahluk

yang tak terhitung banyaknya,

mentransformasi kian banyak dunia,

membuatnya menjadi bersih dan suci,

sedang para Buddha yang berasal dariKu,

menempati dudukanNya masing-masing diatas

tahta-tahta Dharma pada setiap kaki pepohonan permata,

ibarat bunga-bunga teratai yang

mengisi dan menghiasi kolam bersih.

Raga-raga Shakyamuni yang cemerlang,

ibarat obor-obor besar yang

membara dikegelapan malam hari.

Tubuh para Buddha harumnya wangi semerbak,

menebar ke 10 penjuru alam semesta.

Para mahluk yang diselimuti harumannya

menjadi penuh rasa gembira,

bagaikan angin kencang yang menghembus

ranting-ranting dari pepohonan kecil.

Dengan cara bijaksana demikian,

mereka hendak memastikan agar Dharma dipertahankan.

Oleh karenanya ,Aku umumkan kepada pesamuan agung:

Sesudah kemokshaanKu nanti,

siapakah yang dapat mempertahankan, menjunjungi,

membaca dan menghafalkan Sutra Teratai ini?

Kini dihadapan Sang Buddha,

biarlah ia maju ke depan dan mengucapkan ikrarnya!

Buddha Prabhutaratna ini,

meskipun telah kian lama moksha,

karena ikrar agungNya,

berseru bak Simba berseru.

(Menandakan keberanian sejati)

Buddha Prabhutaratna dan Aku sendiri,

begitu pula raga-ragaKu yang berkumpul disini,

semuanya bertujuan serupa.

Putera-putera Buddha sekalian!

Siapakah yang dapat mempertahankan Dharma?

Biarlah ia mengucapkan ikrar agungnya,

agar supaya Dharma lama bertahan.

Mereka yang mempertahankan Sutra ini,

telah memuliakanKu dan Buddha Prabhutaratna.

(Menggembirakan hati Mereka)

Buddha Prabhutaratna ini

bersemeyam dalam stupa permataNya,

senantiasa berkelena ke 10 penjuru

demi mendegarkan Dharma Sutra ini.

Ia yang mempertahankan Dharma Sutra ini,

telah memuliakan pula para Buddha yang berasal dariKu.

(Menyenangkan hati Shakyamuni)

Ia yang memaklumi Sutra Teratai ini,

akan dapat melihatKu dan Buddha Prabhutaratna,

serta seluruh raga-raga BuddhaKu.

Para hadirin sekalian! Renungkanlah dengan baik.

Hal ini memang sulit –

Oleh karenanya buatlah ikrar agung!

Sutra-Sutra lainnya sejumlah pasir-pasir di sungai Gangga;

Tidaklah sukar untuk menceramahkan Sutra-Sutra itu.

Seandainya seseorang menggenggam gunung Sumeru,

melemparnya ke alam-alam Buddha yang tak terbatas jauhnya,

demikian pula tidaklah sukar.

Seandainya seseorang dengan ujung jari kakinya

memindahkan (dengan daya kekuatan gaibnya)

milyaran dunia dan melemparnya jauh ke dunia lainnya,

demikian pula tidaklah sukar.

Seandainya seseorang berdiri di Puncak Surga KeBrahmaan,

dan demi seluruh pesamuan agung,

menceramahkan berbagai macam Sutra lainnya,

demikian pula tidaklah sukar.

Tetapi sesudah kemokshaan Sang Buddha,

didalam masa angkara itu (masa sekarang ini),

bagi mereka yang dapat memaklumi Sutra ini,

maka demikian barulah sulit.

Seandainya seseorang menggenggam

kehampaan langit dalam telapak tangannya,

dan kemudian berkelena kian kemari dengannya,

demikian pula tidaklah sukar.

Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,

bagi mereka yang dapat menulis dan

menjunjungi Dharma Sutra ini,

serta menyebabkan orang lain menulisnya,

(Mengukirnya dalam-dalam dibatin)

maka demikian barulah sulit.

Seandainya seseorang mengangkat

bumi besar diatas ibu jari kakinya,

kemudian naik ke surga KeBrahmaan,

demikian pula tidaklah sukar.

Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,

dimasa penuh kejahatan itu,

bagi mereka yang dapat membaca Sutra ini,

meski hanya sementara saja,

maka demikian barulah sulit.

Seandainya, dunia berkobrar diakhir kalpa (Kiamat),

seseorang memikul jerami kering

dan memasuki lautan api tanpa terbakar,

demikian pula tidaklah sukar.

Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,

bagi mereka yang dapat menjunjungi Sutra Teratai ini,

dan memakluminya meski hanya kepada satu orang,

maka demikian barulah sulit.

Seandainya seseorang berpegang teguh pada  

seluruh 84,000 doktrin, ke 12 bagian Sutra,

menceramahkannya kepada orang banyak,

sehingga mereka memperoleh 6 kegaiban,

demikian pula tidaklah sukar.

Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,

bagi mereka yang dapat mendengarkan

dan menerima Dharma Sutra ini,

kemudian menanyakan maknanya,

maka demikian barulah sulit.

Seandainya seseorang mentuturkan Dharma,

menyebabkan ribuan, puluhan ribu koti para mahluk

yang tak terhitung banyaknya

mencapai tingkat Arahat dan 6 kegaiban,

demikian pula tidaklah sukar.

Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,

bagi mereka yang dapat memuliakan dan menjunjungi

Sutra-Sutra (Kendaraan Besar) semacam ini,

maka demikian barulah sulit.

Aku, di Jalan KeBuddhaan semenjak dahulu kala,

telah menceramahkan sekian banyak Sutra,

namun diantaranya, Sutra inilah yang terkemuka!

Mereka yang menjunjungi Sutra ini,

menjunjungi pula raga Sang Buddha.

(Raga Dharma Sang Buddha)

Wahai para hadirin sekalian!

Sesudah kemokshaanKu nanti,

siapakah yang dapat menerima, menjunjungi,

membaca dan menghafalkan Sutra ini?

Sekarang dihadapan Sang Buddha,

biarlah ia maju ke depan dan mengucapkan ikrarnya.

Sutra ini sulit di junjungi.

Bila terdapat mereka yang dapat menjunjunginya,

meski hanya sementara, maka Aku akan bersuka cita,

dan begitu pula dengan para Buddha lainnya.

Mereka yang berbuat demikian,

akan senantiasa dipuji oleh para Buddha.

Inilah yang dimaksud semangat dan ketekunan.

Inilah yang disebut sila dan pelaksanaan Dhuta (Disiplin ketat).

Dengan lekas, mereka akan mencapai Jalan Buddha.

Dimasa mendatang, ketahuilah bahwa mereka yang

membaca dan menjunjungi Sutra ini,

sungguh-sungguh adalah putera Buddha,

tenteram dan kokoh dalam tingkat kebaikan suci.

Sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti,

mereka yang dapat memahami makna Sutra ini,

akan menjadi mata bagi seluruh dunia para dewata dan manusia.

Di dalam masa angkara itu,

mereka yang dapat memaklumi Sutra ini, meski hanya sementara,

patut dimuliakan oleh seluruh para dewata dan manusia.