Percaya dengan Membabi Buta

  • Print

Oleh : Eka Saptatih (Mahasiswa STAB-Dutavira)

Sebagian besar orang memiliki kepercayaan disebabkan karena hal itu sudah menjadi tradisi atau ini adalah yang di ajarkan oleh orang tua dan nenek moyang. Mereka meyakini hal tersebut secara turun temurun. Saat ditanya mengapa Anda meyakini hal tersebut, mereka menjawab ini adalah tradisi. Jarang yang memberikan jawaban “Ini adalah baik, ini membawa kemajuan, ini sesuai dengan apa yang telah aku renungkan”. Kebanyakan dari kita kurang merenungkan apa yang kita yakini sehingga kita memiliki keyakinan yang buta.

Banyak yang beranggapan bahwa Kitab Suci itu adalah patokan untuk kita melakukan suatu perbuatan. Banyak yang melakukan perbuatan yang bahkan secara manusiawi hal itu sangat tidak baik. Karena tertulis dalam kitab suci yang tidak sekeyakinan pantas dibunuh, semua yang mempercayai hal tersebut maka akan berlomba-lomba melakukan pembunuhan ditambah pernyataan dalam Kitab Sucinya bahwa barang siapa membunuh yang tak sekeyakinan (sesat) maka dijanjikan masuk surga. Karena sudah termakan oleh keyakinan yang membabi buta akhirnya mereka terjebak dalam kejahatan/karma buruk yang besar.

Hal seperti di ataslah yang menjadikan Buddha Sakyamuni khawatir terhadap menurunnya moral manusia. Buddha tidak pernah mengajarkan siswa-siswanya meyakini begitu saja apa yang beliau ajarkan, melainkan menyuruh siswa-siswanya untuk merenungkan apa yang beliau ajarkan. Begitu juga dengan tradisi setempat pada kala itu. Karena hal inilah Buddha berhasil menghapuskan kasta dan meniadakan pengorbanan makhluk lain untuk persembahan.

Dalam Kalama Sutta Buddha menganjurkan kepada suku Kalama untuk tidak mempercayai  sesuatu begitu saja. Demikianlah Buddha bersabda:

“Janganlah percaya begitu saja terhadap sesuatu berita, hanya karena anda telah mendengarnya. Janganlah percaya begitu saja terhadap suatu tradisi, hanya karena telah dilakukan secara turun temurun. Jangan percaya begitu saja terhadap sesuatu, hnay karena telah dibicarakan dan didesas-desuskan oleh banyak orang. Janganlah percaya begitu saja terhadap sesuatu, hanya karena sudah tercatat di dalam Kitab Suci. Janganlah percaya terhadap sesuatu, hanya karena telah diwejangkan oleh para guru dan para tetua.

Tetapi setelah melakukan pengamatan dan kajian yang mendalam, sehingga anda menemukan bahwa segala sesuatu tersebut sesuai dengan alas an dan berkaitan dengan hal-hal yang baik dan berguna, tidak tercela, dan yang mana kalau hal tersebut diteruskan, akan membawa kebahagiaan, maka selayaknya anda menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut. (Anguttara Nikaya Vol.1, 188-193)”

Demikianlah sabda Buddha. Sabda tersebut juga berlaku untuk semua yang Buddha ajarkan. Oleh karena itulah para siswa Buddha selalu dianjurkan merenung setiap saat agar tidak terjebak dalam keyakinan yang membabi buta dan terbebas dari pandangan keliru sehingga akan memperoleh kebahagiaan yang tiada habisnya.

Semoga semua makluk hidup berbahagia. Svaha.