bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Dharma Itu Indah Pada Awalnya, Indah Pada Pertengahan dan Indah Pada Akhirnya

Dalam pembukaan ayat kitab suci dari Avatamsaka Sutra yang terdiri dari  10 sutra yang besar dalam Mahayana, yang pertama “Ta Fang Fang Fu Hua Yen Ching Fa Fa Hui Shang Fu Phu Sa”  itu yang selalu dipukul jadi lonceng pagi. Dan dalam ayat pembukaan sutra tersebut, dikatakan bahwa Avatamsaka Sutra merupakan sutra pertama dari Sang Buddha yang dikhotbahkan kepada ibundanya oleh pangeran Siddharta Gautama yang telah bertumimbal lahir di surga Trayastrimsa.

Alkisah diceritakan setelah 7 hari melahirkan Pangeran Siddharta Gautama, Dewi Maha Maya meninggal dunia. Karena melahirkan seorang calon Buddha, beliau memperoleh pahala yang luar biasa sehingga terlahir di surga Trayastrimsa.

Surga Trayastrimsa adalah surga yang tertinggi yang merupakan perbatasan antara alam tumimbal lahir dengan alam kesucian. Konsep filosofi Mahayana tentu berbeda dengan Theravada. Dalam Mahayana Trayastrimsa disebut "San Shi San Thian"  (langit ke 33). Setelah Pertapa Siddharta Gautama mencapai penerangan sempurna menjadi Buddha, Beliau langsung ke surga Trayastrimsa untuk membalas budi kepada ibundanya dengan menyampaikan ayat-ayat kitab suci Avatamsaka Sutra selama 49 hari. Ini juga ada dalam legenda Theravada, tapi legenda Theravada tidak menceritakan Sang Buddha berada di surga Trayastrimsa. Melainkan setelah sempurna menjadi Buddha, Beliau melihat melalui mata batinnya selama 49 hari mana yang berjodoh dengannya. Sehingga Beliau pergi membabarkan Dharma ke tempat dimana lima pertapa yang dulu bersama-sama dengan Beliau bertapa. Itulah awal pemutaran roda Dharma versi Theravada dimana khotbah pertama Buddha, Dharmacakra Pravatana Sutra yang menyebabkan lima orang pertapa itu menjadi murid Sang Buddha yang pertama. Itulah asal mula terbentuknya Sangha.

Dalam sutra Mahayana diceritakan ketika Buddha berkhotbah dihadapan dewa-dewa yang bertumimbal lahir di Trayastrimsa, Beliau membuka khotbahnya dengan kata-kata “Rou Ren Yi Liao Zhi San She Yi Cei Fo  Ying Kuang Fa Cei Sing Yi Cie Wei Shin Chau”  (bila orang ingin mengetahui para Buddha zaman dulu, sekarang dan akan datang bagaimana memperoleh kesempurnaannya, perhatikan kondisi Dharma Dhatu, semua terbentuk karena jiwa, batin, dan perbuatan).

Secara theologis ayat ini merumuskan prinsip bagaimana seharusnya sebagai umat Buddha. Ayat ini meletakkan dasar yang bagus sekali untuk semua umat (orang) yang berjodoh bila ia ingin meningkatkan daya kemampuannya dan meningkatkan kehidupannya agar lebih beruntung dan bahagia. Juga bila ia ingin mengerti bagaimana Dharma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya. Mengapa dikatakan demikian? Sebab ayat ini menceritakan bagaimana sebagai umat Buddha kita harus menyikapi hidup dan kehidupan baik dari segi theologi ajaran maupun dari segi filosofi kita sebagai umat Buddha. Bila umat Buddha tidak dilandasi dengan dasar ayat ini untuk menyikapi hidup dan kehidupannya, dia tidak bisa melihat Dharma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya. Hal ini patut untuk direnungkan.

Ingat, ayat ini ayat yang pertama yang bisa menjadi pedoman bagi kita bagaimana sebagai umat Buddha menyikapi hidupnya jika mau mendapat Dharma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahan, bahkan hasilnya adalah Dharma yang indah pada akhirnya atau ingin mengetahui mengapa hidup dapat menjadi seperti ini. Bagaimana solusinya supaya hidup menjadi tenang, tentram, banyak “Kui Jin”  (penolong) yang mendukung, hidup banyak kemudahan, bahkan menjadi sukses. Itulah arti kita pasang dupa 3 batang, kita mau tenang, tentram, dan banyak “Kui Jin  (penolong), bukan banyak “Siau Jin”  (pengganggu) dalam hidup. Bahkan kita ingin semakin tua semakin berguna bahkan hingga meninggal pun kita akan ke surga.

Dari mana seharusnya kita memulainya? “Thiam Hio”  (pasang dupa) sudah, namun mengapa masih belum mendapatkan apa yang diinginkan, pasti ada sesuatu yang salah. Nah, untuk itulah diturunkan ayat dalam Avatamsaka Sutra, sutra yang menjadi pedoman umat Mahayana.

Bagaimana dari kecil menjadi besar seperti Mahayana. Bagaimana dari jiwa yang sempit yang penuh ketakutan, selalu takut kalah dari orang lain, yang penuh keirian melihat kesuksesan orang lain, yang jiwanya kikir dan egois menjadi jiwa Mahayana yang penuh kepedulian. Dimulai dari kondisi ekonomi yang dilahirkan tidak beruntung dapat mengubah nasibnya, bagaimana dari derajat rendah, direndahkan orang, orang tidak percaya dia, disepelekan sampai menjadi Yang Arya.

Mengapa dalam filosofi Buddhist menyebut bhiksu dengan sebutan Yang Arya (Mulia)? Karena filosofi ajaran Buddha mengajarkan kita bahwa Dharma indah pada awalnya, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya. Sebab itulah Ajaran Buddha mengajarkan jalan bebas dari samsara mencapai nirwana (“Li Khu Te Lok”).

Kitab suci Tripitaka memuat begitu banyak Ajaran Sang Buddha. Kalau ingin membaca semuanya dibutuhkan waktu yang panjang, kecuali orang yang ingin fokus menjadi ahli Tripitaka dibutuhkan waktu 3 tahun membacanya tanpa mengerjakan hal-hal yang lain, hanya membaca Tripitaka. Satu hari membaca selama 10 jam. Itu pun tentu mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Tetapi inti dari Ajaran Buddha sudah dirumuskan oleh para arahat. Mereka semua sepakat bahwa Inti Ajaran Buddha terdapat dalam 3 poin yang menjadi kesatuan, antara lain :

1. Ke dalam (pada diri sendiri) jangan jahat. 
2. Keluar (pada orang lain) selalu baik.
3. Sucikan hati dan pikiran, jangan sombong dan melekat.

Bahkan jika sudah sukses, ingat ada yang lebih sukses lagi, atau kalau orang lain yang dipilih jangan iri. Itulah hebatnya para Arahat mengatakan Sucikan Hati Dan Pikiran. Kita tidak dipuji, tapi malah teman kita yang mendapat pujian. Jangan cemberut, biarkan saja teman kita yang dipuji. Harusnya kita bangga karena dalam kelompok kita ada yang dipuji.

Sehingga dalam Mahayana di setiap kebaktian pagi selalu membaca “Leng Yen Cou”. Kalau ingin lengkap dapat membaca “Leng Yen Ching”. Namun, dalam Mahayana Ching Tu (Tanah Suci) pada umumnya membaca "Leng Yen Cou." "Leng Yen Cou" adalah salah satu sutra Mahayana yang merupakan sutra yang gaib. Diambil mantranya untuk kita baca pada pagi hari supaya kita jauh dari gangguan dan juga tidak dapat dibohongi orang. Mengapa demikian? Karena ini sutra gaib yang Buddha khotbahkan khusus untuk Ananda agar Ananda dapat mencapai pencerahan. Itulah sebabnya setiap kebaktian pagi kita membaca "Leng Yen Cou", sutra yang gaib karena sutra itu mampu membangkitkan kesadaran yang benar, pikiran yang benar. Sehingga secara theologi Ajaran Buddha, Avatamsaka Sutra menjadi pegangan bagi setiap siswa Sang Buddha.

Dharma indah pada awalnya adalah kita mengerti mengenai hakekat hidup dan kehidupan, kita mengerti mengenai hukum karma.

Indah pertengahan maksudnya dalam hidup mempunyai teman yang mendukung kita (Keberuntungan datang dari mana-mana).

Dan indah pada akhirnya berarti kita sukses, minimal kita seperti Siddharta Gautama.

Maksudnya kita mempunyai kemampuan dan kalau memiliki uang harus tahu membalas budi (“Pau En”). Inilah Theologi Buddhist.

Amitofo.

Svaha.

Svaha.

 

Add comment


Security code
Refresh