bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Ajaran Hyang Buddha

Buddha adalah seseorang yang telah mengalami pencerahan sempurna.
 
 
Ia adalah orang yang memiliki pemahaman  mendalam  mengenai realitas alam semesta, tubuh, pikiran, dan semua kejadian didunia ini. Karena itu ia disebut Buddha.
Apakah kebenaran yang telah Buddha sadari? Bagaimana hal ini dapat menolong kita di kehidupan ini?
 

1. Hukum Sebab dan Akibat (Hukum Karma)

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini berjalan sesuai Hukum Sebab dan Akibat (Hukum Karma). Beberapa orang, termasuk para ilmuwan, tidak percaya pada Hukum Karma tetapi mereka tidak terlepas dari hukum ini. Mereka tidak mengerti bahwa tanpa Hukum Sebab dan Akibat ini, mustahil bagi mereka untuk menghasilkan suatu penemuan. Kesimpulan para ilmuwan biasanya berasal dari suatu rangkaian pengamatan berupa “karena…. Maka“. Sebagian besar ilmuwan meneliti sifat sesungguhnya dari sebab dan akibat fenomena alam semesta dalam aspek-aspek tertentu.
 
Hukum Sebab dan Akibat dalam ajaran Buddha berbeda dengan konsep sebab dan akibat duniawi. Menurut ajaran Buddha, suatu kejadian dapat menjadi sebab dan juga sebagai akibat. Misalnya, apakah tindakan “datang ke sini” sebuah sebab atau akibat? Ini dapat menjadi sebab dan pada saat yang bersamaan menjadi akibat. Di dalam suatu rangkaian fenomena yang berlangsung terus menerus, untuk kejadian yang lebih awal fenomena sekarang adalah akibatnya. Walaupun untuk kejadian yang terjadi belakangan, ini merupakan penyebabnya. Jadi sebuah fenomena memiliki unsur-unsur sebab dan akibat.
Ajaran Buddha menekankan bahwa tidak ada “pengatur” yang mengatur proses sebab dan akibat. Bila kita menanam benih sebab, ini akan memberikan pengaruh yang mengakibatkan munculnya sebuah fenomena yang lain. Relatif terhadap perbuatan kita, fenomena yang muncul adalah akibatnya. Kekuatan yang menghubungkan perbuatan dan akibatnya dinamakan Karma. Walaupun kekuatan yang mempengaruhi ini tidak terlihat, kekuatan tersebut selalu mempengaruhi dan membatasi kita.
 
Dengan memikirkan Hukum Karma, kita seharusnya menjadi sadar akan perbuatan kita. Kita tahu bahwa apapun tindakan yang kita lakukan, akan ada fenomena, akibat atau perbuatan yang lain yang akan mengikutinya. Singkatnya, Hukum Karma menjelaskan bagaimana “kita memetik apa yang kita tanam.” Sebagai tambahan, tidak ada pengatur yang mengendalikan proses sebab dan akibat. Hal ini karena kekuatan yang mempengaruhi yang berasal dari tindakan kitalah yang menuntun pada munculnya akibat.
Tujuan hidup ini adalah untuk menciptakan sebuah masa depan yang lebih baik. Beberapa orang tidak menyadari bahwa kebahagiaan masa depan tergantung pada tindakan mereka sendiri. Umat Buddha harus selalu mengintrospeksi tindakan mereka, meningkatkan dan memperbaiki diri, dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri.
2. Sifat Alami yang Berkondisi.
Keberadaan semua fenomena di dunia ini bergantung pada kombinasi dari berbagai kondisi. Jasmani dan pikiran, keluarga, masyarakat, negara dan bahkan seluruh dunia, semuanya berkondisi. Contohnya tubuh kita. Terbentuknya kehidupan bergantung pada penggabungan sel sperma ayah dan sel telur ibu. Disamping itu butuh energi dalam jumlah tertentu untuk menggabungkannya. Dalam ajaran Buddha, kita menamakan energi ini atau kekuatan yang mempengaruhi ini sebagai Karma.
 
Karma adalah kekuatan yang mempengaruhi yang berasal dari perbuatan kita. Kumpulan berbagai pengaruh ini dapat menjadi sangat besar dan mereka dapat mempengaruhi kita sepanjang waktu.
Dimana kita akan dilahirkan? Lingkungan macam apa yang akan kita tinggali? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang kita perhatikan dan hal tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan kondisi. Singkatnya dari individu sampai keluarga, masyarakat, negara, semua kehidupan di dunia ini mempunyai kondisi.
Mereka yang ingin berkeluarga harus menikah terlebih dahulu. Kemudian mereka ingin mempunyai anak dan mungkin sebuah rumah dan mobil. Mereka lalu dapat membentuk sebuah keluarga yang bahagia. Dengan kata lain, pembentukan sebuah keluarga mempunyai kondisi.
Beberapa orang menyatakan bahwa cinta itu tidak berkondisi. Cinta memerlukan keterlibatan dua pihak. Hal ini tidak lengkap jika hanya ada satu pihak saja. Jadi cinta juga berkondisi. Jika cinta tidak berkondisi, maka kita harus mencintai setiap orang. Namun, mengapa mereka memilih pasangannya di antara ribuan dan jutaan orang? Hal ini membuktikan cinta diantara pasangan memiliki kondisi. Semua fenomena yang ada di dunia ini, baik fenomena kehidupan maupun konsep yang abstrak, memiliki kondisi.
2.1 Kondisi Primer dan Kondisi Sekunder.
 
Dengan memahami pemikiran tentang kondisi-kondisi ini, kita sadar bahwa kita tidak memiliki kendali sepenuhnya terhadap diri kita. Kita bergantung pada berbagai kondisi. Jadi kita tidak boleh terlalu bangga terhadap kesuksesan kita karena mereka datang melalui dukungan banyak orang dan berbagai faktor. Prinsip yang sama juga berlaku jika kita gagal. Tapi kita harus mengerti bahwa walaupun kesuksesan dan kegagalan kita merupakan akibat dari berbagai faktor, kita sendiri memegang peranan yang sangat penting. Kita adalah kondisi primer dan orang lain merupakan kondisi sekunder. Kondisi primer memberikan kontribusi paling besar. Kita harus bekerja keras dan memperkuat kondisi primer kita dan memilih kondisi sekunder dengan bijak. Dengan cara ini kita akan sukses dalam karir dan masa depan kita.
 
Setiap orang yang tinggal di dunia ini memerlukan teman. Akan tetapi teman itu dapat diperumpamakan seperti air. Mereka dapat membalikkan perahu atau membiarkannya berlayar. Kualitas teman- teman kita memiliki pengaruh besar pada kita. Beberapa orang terlalu banyak menolong teman mereka sehingga terlalu dibebani oleh teman- teman. Tetapi kita tidak boleh takut memiliki teman.
Sebagai contoh, sejarah mencatat bahwa para pemimpin yang sukses perlu dukungan dari para pembantunya. Sebuah keluarga yang berbahagia perlu adanya seorang istri yang bertanggung jawab dan ibu yang penuh cinta. Penting artinya memiliki teman-teman. Yang paling penting dari semuanya adalah kita harus bijak dalam memilih teman.
 
3.Bagaimana Kita Sebarusnya Memilih Teman?
 
Kong Hu Cu berkata: “Orang yang kurang saleh dari anda jangan dipilih sebagai teman”. Tetapi akan sulit bagi kita untuk mempunyai teman jika kita memilih teman dengan prinsip ini. Kita merendahkan mereka yang tidak sebaik kita, dan mereka yang lebih baik dari kita sering merendahkan kita. Dengan kata lain, tak seorangpun yang memiliki teman jika prinsip ini diterapkan.
Kong Hu Cu juga menyarankan metode kedua. Ia berkata : “Diantara tiga orang, harus ada yang menjadi guru kita. Kita harus mengikutinya dan belajar hal-hal yang baik darinya. Kita harus menganggap kelemahannya sebagai peringatan terhadap tingkah laku kita, dan kita harus memperbaiki diri”. Ini adalah sebuah metode yang sangat baik. Kita harus belajar dari hal-hal yang baik dari orang lain dan tidak meniru kelemahan mereka. Anggaplah kelemahan mereka sebagai kaca untuk mengintrospeksi kelakuan kita dan memperbaiki diri. Dengan mengingat sikap ini, kita akan memiliki banyak teman dan mereka semua akan menjadi teman baik.
Ketika memilih teman, kita harus mengamati orang tersebut dengan baik. Kong Hu Cu berkata: “Kita harus mengamati perkataandan perbuatan mereka, dan memutuskan apakah perbuatan dan perkataan mereka konsisten.” Kita seharusnya jangan dekat dengan mereka yang tidak konsisten dalam perkataan dan perbuatannya.
Untuk memiliki teman baik perlu keahlian dan pengetahuan yang baik dan juga banyak waktu dan tenaga. Ada juga satu jenis teman yang harus dihindari setiap orang. Mereka adalah teman-teman yang suka berkeliaran di tempat-tempat seperti bar, klab malam, dll. Mereka hanya tertarik pada makanan, minuman, bermain dan bersenang-senang. Kita harus menjaga jarak dengan mereka. Sebagian besar persahabatan didasarkan atas hubungan saling memanfaatkan, tetapi kita tidak mendapatkan kebaikan dari teman semacam ini. Sebaliknya, mereka mungkin menyebabkan kita kehilangan disiplin diri.
Semua fenomena adalah berkondisi. Kesuksesan dan kegagalan kita bergantung pada berbagai faktor. Kita harus mempertahankan dan memilih berbagai kondisi dengan bijak sehingga mereka dapat menuntun kita pada kesuksesan. Hal ini penting terutama dalam memilih teman.
4.Ketidakkekalan - Harapan
 
Menurut ajaran Buddha, semua fenomena di dunia ini selalu berubah. Semua fenomena adalah tidak kekal. Tak ada sesuatu apapun yang tidak berubah. Segala sesuatu berkondisi. Perubahan dalam berbagai kondisi mengakibatkan perubahan dalam pengaruh dan fenomena.
Contohnya adalah cinta diantara pasangan. Ketika seorang pria dan wanita bertemu, mereka perlu berusaha agar dapat mempererat hubungan mereka. Jika semua hal kekal adanya, maka sekali mereka bertemu, segalanya akan beres dan tidak akan ada perlu usaha ekstra dalam mempererat hubungan. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena itu tidak kekal.
Walaupun cinta itu abstrak, cinta juga selalu berubah-ubah. Cinta perlu dipupuk agar hubungan dapat dipererat. Akan tetapi, sesudah hubungan erat terjadi, hal ini masih dapat berubah. Aturan ini berlaku bagi semua fenomena di dunia ini. Banyak orang yang menjadi kaya mendadak, tetapi banyak juga yang kehilangan segalanya secara mendadak pula. Segala sesuatu berubah-ubah dan tidak kekal.
Karena segala sesuatu tidak kekal, apakah ini berarti kita harus menikmati apa yang kita miliki sekarang, dan tidak perlu khawatir mengenai masa depan?
Ada pepatah mengatakan, “jika ada anggur, kita harus meminumnya (dan mabuk),” Ini bukanlah sikap yang baik. Seperti disebutkan sebelumnya, satu dari prinsip utama dalam ajaran Buddha adalah Hukum Sebab dan Akibat. Kita harus bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri.
Hukum Ketidakkekalan juga memberikan kita harapan. Hal ini karena yang buruk dapat berubah menjadi baik. Kebenaran akan Ketidakkekalan memungkinkan adanya pendidikan. Jika segala sesuatu kekal dan tidak dapat berubah, maka apa gunanya pendidikan? Karena kita tidak kekal, kita dapat dididik dan diubah. Kita dapat meningkatkan dan mengembangkan diri kita. Walaupun anda sekarang merasa ada batasan-batasan dalam kehidupan anda, akan ada akhir untuk keadaan seperti ini. Hal ini tidaklah kekal.
Jadi ketidakkekalan memberikan harapan. Keberhasilan harapan ini bergantung pada usaha kita. Yang penting, saat harapan kita terpenuhi, kita tidak boleh terlena. Hukum Ketidakkekalan dalam ajaran Buddha memberikan kita harapan dan penerangan. Kita harus memotivasi diri untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan diri kita sendiri.
5.Penderitaan
Menurut ajaran Buddha, hidup itu penderitaan. Beberapa orang berargumentasi bahwa minuman beralkohol adalah kesenangan yang tak terkira. Tetapi banyak orang minum karena mereka tidak berbahagia. Mereka berusaha menggunakan alkohol untuk menenangkan diri. Mereka yang berbahagia tidak perlu minum alkohol. Air putih sudah cukup untuk membuat mereka bahagia. Hidup itu penderitaan. Tetapi sebagian besar orang takut menghadapi kenyataan dan berusaha menggunakan segala bentuk stimulasi eksternal untuk menghabiskan waktu dan menenangkan diri.
Sebagai perbandingan, ada lebih banyak penderitaan dari pada kebahagiaan di dunia ini. Sebab-sebab penderitaan berasal dari pikiran kita sendiri yang penuh dengan keserakahan, kebencian, kebodohan, iri hati, rasa bangga dan berbagai pikiran yang tidak sehat. Kita penuh dengan kekotoran batin. Kekotoran batin tersebut menyebabkan kita merasa bosan dan tertekan. Untuk menghilangkan penderitaan, kita harus menyucikan pikiran kita. Kita harus mengendalikan pikiran kita dan berusaha untuk menenangkannya.
Manusia telah berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan ini. Akan tetapi sebagian besar tidak berhasil. Beberapa orang berusaha menenangkan diri dengan minuman beralkohol. Sebagai akibatnya mereka meracuni diri sendiri dengan alkohol. Beberapa menggunakan obat-obatan terlarang untuk menenangkan diri. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mereka, tetapi juga mempengaruhi tingkat motivasi mereka. Mereka tidak dapat membebaskan diri dari kebiasaan buruk tersebut, dan penderitaan mereka semakin bertambah. Ini semua bukanlah cara-cara yang benar untuk mengatasi penderitaan.
6.Mengendalikan Pikiran - Tekad
Penyakit pada pikiran harus disembuhkan dengan mengatasi kekotoran batin. Untuk mencapai hal ini, kita harus menyesali Karma buruk yang lampau dan melafalkan nama Buddha. Hal ini akan membantu menenangkan pikiran kita yang suka melayang-layang. Bila pikiran kita tenang, kita akan dapat melihat kebenaran dari fenomena eksternal. Dengan cara ini kita mudah menjadi puas dan tidak tertarik pada fenomena eksternal.
Mereka yang mudah menjadi puas, merasa nyaman bahkan ketika duduk di lantai. Mereka yang tidak pernah merasa puas, merasa tidak nyaman walaupun tidur di ranjang yang lembut dan mewah. Dengan kata lain, kebahagiaan ditentukan oleh pikiran. Setiap orang disini duduk mendengarkan Dharma. Beberapa orang merasa sangat nyaman, dan beberapa merasa gelisah. Hal ini karena pikiran anda mungkin tidak tenang.
 
Pikiran kita dapat mengubah lingkungan luar. Kita harus menguatkan pikiran kita dan melatih tekad untuk menyucikan diri. Kita harus mempunyai tekad dan kegigihan dalam menghadapi dan memotong daya tarik eksternal. Banyak orang tidak sukses karena pikiran mereka tidak cukup kuat. Kita harus belajar melatih kekuatan pikiran kita. Bila pikiran menjadi kuat, pikiran akan dapat menghadapi lingkungan eksternal. Hal ini akan menolong kita untuk menjadi orang sukses.
 
7.Bagaimana melatih tekad dan kegigihan kita?
Pertama-tama, kita perlu membaca biografi orang-orang besar di masa lalu yang telah memberikan kontribusi pada peradaban kita sekarang. Kita pasti membaca banyak contoh bagaimana mereka mengubah diri mereka dari miskin menjadi kaya dan dari tidak dikenal menjadi terkenal.
Beberapa contoh ini dapat menuntun kita dalam proses belajar. Mereka dapat menjadi “teman-teman yang terhormat.” Bila kita merasa tertekan, kita dapat berpikir tentang kesulitan dan pengalaman sedih mereka, dan kesuksesan mereka. Hal ini memberikan kita keberanian untuk bertahan dan lebih yakin dalam menghadapi kesulitan.
Kedua, kita harus membaca lebih banyak ajaran Buddha. Berbagai sutra Buddha mengajarkan bagaimana memutuskan baik dan buruk, dan bagaimana mengendalikan dan mengamati pikiran. Mereka juga menceritakan cara menenangkan pikiran sehingga pikiran menjadi damai dan suci. Mereka dapat membantu kita memahami kebenaran realitas dan pentingnya menjadi manusia.
Ketiga, kita perlu mendengarkan ajaran Buddha. Mereka yang buta huruf harus bergantung pada pendengaran. Satu keuntungan dari mendengarkan adalah hal ini memperkuat ingatan kita. Singkatnya, kita dapat memperkaya pemahaman kita mengenai ajaran Buddha melalui membaca atau mendengar.
Keempat, kita harus menyesali Karma buruk kita yang lampau. Menyesal merupakan sebuah tugas untuk mengintropeksi diri. Kong Hu Cu berkata, “Kita harus mengetuk kepala kita tiga kali sehari.” Hal ini untuk mengingatkan kita untuk merefleksikan tingkah laku  kita dan apa yang telah kita lakukan hari ini. Apakah kita telah melupakan sesuatu? Apakah kita membuat suatu kemajuan hari ini? Apakah kita telah memenuhi janji-janji kita? Jika kita dapat selalu merefleksikan diri dengan cara ini dan memperbaiki diri, tekad yang kuat akan terbentuk. Kita akan dapat meningkatkan diri dan memiliki jasmani dan pikiran yang suci.
8.Kesimpulan
Hal yang paling menyedihkan bagi mereka yang ada di dunia ini adalah tidak tahu dari mana mereka datang atau kemana mereka akan pergi. Tak ada harapan bagi mereka dalam hidup ini.
Kita harus memiliki pandangan yang saleh mengenai kehidupan. Pandangan ini supaya menjadi arah dan prinsip hidup kita. Dengan begitu kita akan memiliki motivasi dan bertekad untuk bekerja keras demi mencapai tujuan tersebut. Kita akan bertahan dan tidak menjadi malas. Hidup seperti ini akan dipenuhi dengan energi dan kebahagiaan. Semoga setiap orang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang hidup mereka dengan penjelasan  dari  Empat ajaran dasar Buddha.
 
Semoga kalian semua dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi diri kalian.
 
Svaha.
 

Add comment


Security code
Refresh