bannerchingtu

SESUATU YANG BESAR TIDAK MUNGKIN DICAPAI TANPA SEMANGAT YANG BESAR (Anonymous) HAL YANG PALING MENGERIKAN DI DUNIA INI IALAH KEADILAN YANG DIPISAHKAN DARI CINTA KASIH (Francois Mauriac) PADA SETIAP KEBAIKAN TERLETAK SEGALA BENTUK KEBIJAKSANAAN (Euripides) MENGAJAR SAMA DENGAN BELAJAR (Pepatah Jepang) ORANG LAIN AKAN MENGAKUI KEMAMPUANMU SETELAH KAMU MEMBUKTIKANNYA (Bob Edwarda) PANDAI MENUTUP MULUT ADALAH CERMIN KEPANDAIAN SESEORANG (Schopenhaver) ILMU PENGETAHUAN PADA MASA MUDA AKAN MEMBUAT ORANG MENJADI BIJAKSANA PADA HATI TUA (Anonymous) BADAI MEMBUAT PEPOHONAN MEMPERDALAM AKARNYA (Laude McDonald) SUMBER KEKUATAN BARU BUKANLAH UANG YANG BERADA DALAM GENGGAMAN TANGAN BEBERAPA ORANG, NAMUN INFORMASI DI TANGAN ORANG BANYAK (John Naisbitt) THE MORE YOU SWEAT IN TRAINING, THE LESS YOU BLEED IN BATTLE (Armed Forces Motto)  SEORANG JUARA IALAH YANG MAMPU BANGUN KETIKA IA TAK MAMPU (Jack Dempsey KEGEMBIRAAN AKAN DATANG SETELAH KESUSAHAN (Guillaume Apollina'ire KEJUJURAN ADALAH BATU PENJURU DARI SEGALA KESUKSESAN. PENGAKUAN ADALAH MOTIVASI TERKUAT (May Kay Ash KEPEMIMPINAN ADALAH ANDA SENDIRI DAN APA YANG ANDA LAKUKAN (Frederick Smith)  RAJIN ADALAH OBAT MUJARAB (Al-Ghazali KEINDAHAN TERDAPAT DALAM KEJUJURAN (Schiller THOSE WHO ARE AFRAID TO FALL, WILL NEVER FLY (Anonymous

imlek2024

Saddharma Pundarika Sutra (妙法蓮華經) Bab 02 Jalan Bijaksana

Bab 02

Jalan Bijaksana

02

Pada saat itu Sang Buddha dengan tenang bangkit dari samadhinya dan menyapa Sang Sariputra, seraya berkata: “Kebijaksanaan para Buddha Tathagata dalam tak terhingga. Pintu kebijaksanaan ini sulit dipahami dan diselami. Tiada Sravaka maupun Pratyekabuddha yang dapat memahaminya. Karena betapapun juga Sang Buddha telah melayani dan mengabdi pada ratusan ribu koti para Buddha yang tak terjumlah. Dibawah bimbingan para Buddha tersebut, Ia senantiasa melaksanakan Dharma yang tiada hitungan. Ia telah mencurahkan diri dengan berani dan penuh semangat sehingga kemasyhurannya tersebar luas. Ia telah berhasil mencapai Dharma mendalam dan mengajarkannya sesuai dengan apa yang tepat. Namun demikian makna sesungguhnya sulit dipahami.

“Wahai Sariputra! Semenjak menjadi Buddha, Aku dengan berbagai sebab musabab dan perumpamaan menceramahkan Dharma dan dengan cara-cara bijaksana yang tiada hitungan membimbing para mahluk, menyebabkan mereka terbebas dari segala belenggu. Karena betapapun juga Sang Tathagata telah menyempurnakan paramita kebijaksanaan yang tak terbatasi dan tak terhalangi. Kekuatannya tiada kenal gentar (Tiada lagi ke-akuan). Meditasi, kebebasan serta samadhinya tak terbatasi. Ia telah mencapai Dharma yang belum dicapai sebelumnya.

“Wahai Sariputra! Singkat kata, Dharma yang tak diketahui sebelumnya, yang tak terhitung dan yang tak terhingga, telah Ku capai semuanya.

“Wahai Sariputra! Kita berhenti disini saja. Saya tidak perlu melanjutkannya lagi. Karena betapapun juga Dharma yang Ku capai ini bermakna dalam dan sulit dipahami. Hanya Buddha dan Buddha sajalah yang dapat memahami Dharma Anuttara-Samyak-Sambodhi ini, yaitu Dharma yang memiliki sedemikian rupa, sifat, badan, kekuatan, pengaruh, sebab, kondisi, akibat dan buah karma. Demikianlah dari awal sampai akhir.”

Kemudian Sang Buddha berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah Beliau dengan syair:

Pahlawan Dunia, Yang Tak Tertandingi.

Diantara para dewata, manusia dan segenap mahluk,

tiada yang dapat memahami kebijaksanaan Sang Buddha.

Daya kekuatan Sang Buddha tiada kenal gentar.

Kebebasan, samadhi maupun Dharma yang telah dicapaiNya

tiada yang dapat menulusuri.

Dibawah bimbingan para Buddha yang tak terjumlah,

Ia telah menyempurnakan Dharma mendalam,

yang sulit dipahami maupun dicapai.

Selama berkoti-koti kalpa yang tak terhitung,

Ia melaksanakan berbagai macam KeBodhisatvaan.

Kemudian di Teras KeBodhian, Ia meraih keberhasilan.

Aku telah sepenuhnya menyadari segala akibat

serta buah karma yang sedemikian besarnya!

Dharma yang memiliki sedemikian rupa, sifat dan sebagainya,

hanya Aku dan para Buddha di 10 penjuru alam semesta

yang dapat memahaminya dengan sempurna.

Dharma ini tidak dapat dituturkan,

karena tiada percakapan untuk mengutarakannya.

Diantara segenap mahluk, tiada yang dapat memahaminya.

Terkecuali para Bodhisatva yang teguh keyakinannya.

Siswa-siswa Sravaka yang telah memuliakan para Buddha,

yang tiada cela dan yang dalam inkarnasi terakhirnya;

Orang-orang demikian pun tak sanggup memahaminya.

Seandainya dunia penuh dengan Sravaka semacam Sariputra,

berpadu dalam pikiran, belum juga mereka dapat menelusurinya.

Seandainya 10 penjuru alam semesta penuh dengan

Sravaka semacam Sariputra dan siswa-siswa Sravaka lainnya,

berpadu dalam pikiran, belum juga mereka dapat menelusurinya.

Bahkan Pratyekabuddha dengan kebijaksanaannya

yang tiada cela, yang dalam inkarnasi terakhirnya

memenuhi 10 penjuru alam semesta

bagaikan hutan bamboo padat,

berpadu dalam pikiran selama berkoti-koti kalpa,

belum juga mereka dapat menelusurinya.

Bodhisatva yang baru saja berbodhicita,

yang telah memuliakan sejumlah para Buddha,

yang telah meresapi makna dari berbagai macam Dharma,

yang pandai dan fasih menceramahkannya;

Bodhisatva-Bodhisatva semacam ini pun

sebanyak padi dan jerami, bamboo dan ilalang,

memenuhi 10 penjuru alam semesta,

berpadu dalam pikiran,

dengan kebijaksanaan mereka yang menakjubkan,

selama banyak kalpa bagaikan pasir-pasir di sungai Gangga,

belum juga mereka dapat menelusurinya.

Bahkan Bodhisatva Avivartika (Bodhisatva pantang mundur)

sebanyaknya pasir-pasir di sungai Gangga

berpadu dalam pikiran, belum juga mereka dapat menelusurinya.

Sang Buddha berkata lagi kepada Sang Sariputra:

‘Dharma yang tiada cela ini,

yang demikian dalam dan menakjubkan,

telah Aku capai dengan sempurna.

Hanya Aku dan para Buddha di 10 penjuru alam semesta

yang dapat memahami Dharma Kesunyataan ini.

(Dharma Anuttara-Samyak-Sambodhi)

Wahai Sang Sariputra! Ketahuilah bahwa

ucapan para Buddha tiada keliru maupun berbeda.

Yakinilah dengan sepenuh hati akan uraian Sang Tathagata.

Setelah sekian lama menceramahkan Dharma,

kini Sang Buddha berkehendak menyatakan yang sesungguhnya.

Dharma yang sebelumnya,

Aku ceramahkan kepada mereka yang menghendaki

Kendaraan Sravaka ataupun Kendaraan Pratyekabuddha

agar mereka lekas terbebas dari lautan samsara.

Buddha dengan kebijaksanaannya,

mempertunjukkan 3 macam Kendaraan, yaitu

Kendaraan Sravaka, Pratyekabuddha dan Buddha,

membebaskan segenap mahluk dari ikatan belenggu.

Kemudian seluruh anggota pesamuan agung itu merenungkan: ‘Mengapakah Sang Buddha tiada henti-hentinya memuji kebijaksanaan Buddha dan menyatakan bahwa Dharma yang telah dicapaiNya sungguh dalam dan sulit dipahami sehingga tiada Sravaka maupun Pratyekabuddha yang sanggup memahaminya. Bilamana Sang Buddha menyatakan bahwa hanya ada Satu pembebasan tunggal, maka kami pun dapat mencapai Nirvana. Akan tetapi kini kami tidak mengerti maksud Sang Buddha.’

Pada saat itu Sariputra yang menyadari adanya keraguan didalam batin ke 4 kelompok dan karena sendiri belum memahaminya pula, maka bertanyalah Ia kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Mengapakah Beliau terus memuji kebijaksanaan para Buddha yang begitu dalam, halus dan sulit dipahami? Semenjak dahulu kala, kami tiada pernah mendengarkan ceramah semacam ini dari Sang Buddha. Kini ke 4 kelompok, semuanya terjerumus dalam jaring keraguan. Oleh karenanya, sudilah kiranya Beliau untuk menjelaskannya. Mengapakah Yang Maha Agung terus memuji kebijaksanaan Buddha yang begitu dalam, halus, menakjubkan dan sulit dipahami?”

Kemudian Shariputra berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah ia dengan syair:

Duhai Mentari Kebijaksanaan, Yang Maha Suci dan Termulia!

Akhirnya Beliau berkehendak membentangkan Dharma ini.

Sang Buddha telah menyatakan bahwa Beliau telah memperoleh

kekuatan, keberanian, samadhi, kedamaian, kebebasan,

serta Dharma yang sulit dipahami.

Bahwa Dharma yang telah dicapaiNya di Teras kebodhian,

tiada yang sanggup menanyakannya!

Tanpa ditanyakan, Sang Buddha sendiri bersabda

dan memuji Jalan yang telah Beliau tempuh,

bahwa kebijaksanaanNya sungguh dalam dan halus.

Para Arahat yang tak tercela

serta mereka yang menghendaki Jalan Nirvana,

kini telah terjerumus kedalam jaring kebimbangan.

Mengapa Sang Buddha bersabda demikian?

Sedang mereka yang menghendaki Jalan Pratyekabuddha

maupun para bhiksu dan bhiksuni,

para dewata, naga dan mahluk halus,

para gandarva dan sebagainya,

saling memandang dalam kebimbangan

menunggu penjelasanMu.

Apakah kiranya makna dari semua ini?

Sudilah kiranya Sang Buddha untuk menjelaskannya.

Beliau telah menyatakan bahwa

aku (Sariputra) adalah ketua dari siswa-siswa Sravaka.

Namun kini Aku dengan kebijaksanaanku sendiri

tak mampu memahaminya.

Apakah aku telah mencapai yang mutlak,

atau apakah aku masih di perjalanan?

Putera-putera Buddha yang terlahir dari mulutNya (ajaranNya)

dengan tangan terkatub dan penuh harapan menunggu penjelasanMu.

Sudilah kiranya Sang Buddha dengan suara BrahmaNya

membentangkan dan menjelaskan akan peristiwa ini.

Para dewata, naga, mahluk halus dan sebagainya

sejumlah pasir-pasir di sungai Gangga;

80,000 Bodhisatva yang menghendaki Jalan Buddha,

(Bodhisatva pendamping Bhaisajaraja, bab 23)

serta raja-raja Cakravartin yang berdatangan dari puluhan ribu koti dunia.

(Istana-istana mereka terbang laju bagaikan kilat)

Semuanya berkehendak mendegarkan Jalan Sempurna.

Pada saat itu Sang Buddha menjawab Sang Sariputra: “Cukuplah, cukuplah! Tiada perlu lagi untuk melanjutkannya. Jika Aku membentangkan hal ini, maka seluruh alam semesta para dewata dan asura akan menjadi bimbang dan ragu.”

Sariputra memohon lagi kepada Sang Buddha, seraya berkata: “Yang Maha Agung! Berkenanlah kiranya Beliau untuk membentangkannya! Sudilah kiranya Beliau untuk memakluminya! Karena betapapun juga didalam pesamuan agung ini, telah hadir ratusan ribu laksa koti asamkhyeya para mahluk yang tak terbatas jumlahnya dan yang telah menjumpai para Buddha. Mahluk-mahluk demikian memiliki kebijaksanaan dan indera tajam. Mereka akan meyakini uraian Sang Buddha dengan takzim.”

Kemudian Sang Sariputra berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah ia dengan syair:

Duhai, Raja Dharma Yang Tak Tertandingi!

Sudilah kiranya Beliau untuk membentangkannya tanpa keraguan.

Didalam pesamuan agung ini terdapat mereka

yang dapat meyakininya dengan takzim.

Lalu, Sang Buddha menghentikan Sariputra: “Jika Ku bentangkan hal ini, maka seluruh alam semesta para dewata dan asura akan menjadi bimbang dan ragu. Para bhiksu yang penuh keangkuhan akan terjerumus ke alam neraka (Jika mereka meremehkan Dharma ini, bab 03).”

Kemudian Sang Buddha mengulanginya dengan syair:

Cukuplah! Cukuplah! Tidak perlu lagi Ku teruskan.

Dharma yang telah kucapai ini dalam dan sulit dipahami.

Sedang mereka yang berhati angkuh

tidak akan menerimanya dengan takzim.

Kemudian Sang Sariputra bermohon lagi kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Berkenanlah kiranya Beliau menjelaskannya! Sudilah kiranya Beliau memakluminya! Didalam pesamuan agung ini terdapat ratusan ribu laksa koti para mahluk yang sebanding tingkat denganku. Dikehidupan demi kehidupan, mereka telah dibina dan dibimbing oleh Sang Buddha. Oleh karenanya, mereka akan meyakininya dengan takzim dan sepanjang malam akan memperoleh ketenteraman dan banyak manfaat.”

Kemudian Sariputra berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah ia dengan syair:

Yang Maha Agung, Yang Tiada Tara!

Sudilah kiranya Beliau untuk menjelaskannya.

Hamba sebagai putera senior Sang Buddha,

memohon Beliau untuk menjelaskannya.

Didalam pesamuan agung ini

terdapat banyak umat tak terhitung banyaknya

yang akan menerimanya dengan takzim.

Karena betapapun juga dikehidupan demi kehidupan,

Beliau telah membina dan membimbing mereka.

Semuanya mengatupkan tangan dan

dengan sepenuh hati menanti penjelasanMu.

Berkenanlah kiranya Beliau untuk membentangkannya

kepadaku dan ke 1,200 pengikut-pengikut Sravaka ini,

serta mereka yang menghendaki Kendaraan Buddha.

Sesudah mendengarnya, mereka akan bersuka cita.

Kemudian Sang Buddha menjawab Sang Sariputra, seraya berkata: “Karena engkau dengan tulus telah mengulangi permohonanmu sebanyak 3 kali, maka bagaimana mungkin Aku menolakmu. Sekarang dengarkanlah baik-baik! Renungkan dan ingatilah! Kini Aku akan memakluminya.”

Ketika Sang Buddha bersabda demikian, didalam pesamuan agung itu terdapat 5,000 bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang bangkit dari duduknya. Kemudian mereka bersujud kepada Sang Buddha dan mengundurkan diri. Karena betapapun juga mereka ternodai oleh akar buruk yang mendalam dan keangkuhan yang amat, sehingga mereka menganggap dirinya telah mencapai apa yang belum dicapainya. Oleh karenanya, mereka tidak bertetap disitu. Namun Sang Buddha pun tidak menghentikan mereka.

Kemudian Sang Buddha menyapa Sariputra, seraya berkata: “Sekarang pesamuan ini telah bersih dari ranting dan daun, terkecuali mereka yang murni dan sejati. Keberangkatan mereka merupakan suatu hal yang baik. Sekarang dengarkanlah dengan cermat. Aku akan memakluminya kepada kalian.”

Sariputra menjawab, seraya berkata: “Biarlah begitu, Yang Maha Agung! Kita berhasrat mendengarkannya.”

Sang Buddha menyapa Sariputra, seraya berkata: “Dharma menakjubkan semacam ini diceramahkan oleh para Buddha Tathagata hanya pada kesempatan yang langka, seperti halnya bunga Udumbara (Bunga ini hanya mekar sekali dalam 3,000 tahun). Wahai Sang Sariputra dan para hadirin sekalian! Ketahuilah bahwa ajaran Buddha tiada kelirunya.

“Wahai Sang Sariputra! Para Buddha menceramahkan Dharma sesuai dengan apa yang tepat, namun makna sesungguhnya sulit dipahami. Oleh karenanya, Aku dengan berbagai macam cara bijaksana, sebab musabab dan perumpamaan menceramahkan Dharma. Namun Dharma yang telah Ku capai ini tidak mungkin dapat dianalisakan. Hanya Buddha dan Buddha sajalah yang dapat memahaminya. Karena betapapun juga munculnya para Buddha di dunia hanya demi satu tujuan tunggal saja. Wahai Sariputra, mengapa Ku katakan demikian?

“Para Buddha berkehendak agar segenap mahluk mencapai kesucian dan kebijaksanaan Buddha. Oleh karenanya, mereka muncul di dunia. Karena berkehendak mempertunjukkan kepada segenap mahluk akan kebijaksanaan Buddha, maka mereka muncul di dunia. Karena berkehendak memaklumi kepada segenap mahluk akan kebijaksanaan Sang Tathagata, maka mereka muncul di dunia. Karena berkehendak membimbing segenap mahluk memasuki kebijaksanaan Buddha, maka mereka muncul di dunia. Hanya demi satu tujuan tunggal ini sajalah mereka muncul di dunia.”

Kemudian Sang Buddha menyapa lagi Sariputra, seraya berkata: “Para Buddha hanya membina Bodhisatva saja (Sravaka dan Pratyekabuddha juga adalah Bodhisatva. Hanya saja mereka belum menyadarinya). Apapun yang Mereka lakukan hanya demi satu tujuan tunggal ini saja, yaitu demi mempertunjukkan kebijaksanaan Sang Buddha kepada segenap mahluk.

“Wahai Sang Sariputra! Tathagata hanya dengan Satu Kendaraan Buddha saja membina para mahluk. Tiada kendaraan kedua maupun ketiga. Wahai Sariputra! Begitu pula dengan para Buddha di 10 penjuru alam semesta.

“Wahai Sang Sariputra! Buddha-Buddha terdahulu, dengan cara bijaksana yang tiada hitungan, dan dengan berbagai macam sebab musabab dan perumpamaan menceramahkan Dharma kepada para mahluk. Semua ajaran tersebut hanyalah demi Satu Kendaraan Buddha saja, yaitu agar segenap mahluk mencapai kebijaksanaan sempurna.

“Wahai Sang Sariputra! Buddha-Buddha mendatang, juga dengan cara bijaksana yang tiada hitungan, dan dengan berbagai macam sebab musabab dan perumpamaan menceramahkan Dharma kepada para mahluk. Semua ajaran tersebut hanyalah demi Satu Kendaraan Buddha saja, yaitu agar segenap mahluk mencapai kebijasanaan sempurna.

“Wahai Sang Sariputra! Buddha-Buddha di 10 penjuru alam semesta, di ratusan ribu laksa koti alam Buddha yang tiada hitungan, memberi manfaat yang melimpah ruah kepada para mahluk. Para Buddha tersebut juga dengan cara bijaksana yang tiada hitungan, dan dengan berbagai macam sebab musabab dan perumpamaan menceramahkan Dharma kepada para mahluk. Semua yang diceramahkan hanyalah demi Satu Kendaraan Buddha saja, yaitu agar segenap mahluk mencapai kebijasanaan sempurna.

“Wahai Sang Sariputra! Para Buddha hanya membina Bodhisatva saja. Mereka berkehendak mempertunjukkan kepada segenap mahluk akan kebijaksanaan Buddha. Mereka berkehendak menyadarkan segenap mahluk akan kebijaksanaan Buddha. Mereka berkehendak membimbing segenap mahluk memasuki kebijaksanaan Buddha.

“Wahai Sang Sariputra! Aku pun demikian. Karena mengamati kemelekatan para mahluk yang beraneka ragam, maka sesuai dengan sifat dan kemampuan mereka masing-masing, Aku dengan berbagai cara bijaksana yang tiada hitungan, dan dengan berbagai macam sebab musabab dan perumpamaan menceramahkan Dharma, sehingga mereka dapat mencapai kebijaksanaan Buddha.

“Wahai Sang Sariputra! Di 10 penjuru alam semesta tiada kendaraan ke dua maupun ke tiga. Wahai Sang Sariputra! Para Buddha muncul di dunia 5 kekotoran ini, yaitu kekotoran kalpa (usia pendek), kekotoran batin (kerisauan), kekotoran mahluk (kejahatan), kekotoran pandangan (sesat) serta kekotoran hidup (penyakit).

“Wahai Sang Sariputra! Didalam masa kekotoran kalpa, batin umat manusia ternodai, serakah dan penuh iri hati sehingga mereka terjerumus dalam tindakan angkara. Oleh karenanya, para Buddha dengan cara bijaksana membentangkan Satu Kendaraan Buddha menjadi tiga.

“Wahai Sang Sariputra! Bilamana siswaKu mengaku dirinya sebagai Arahat ataupun Pratyekabuddha, akan tetapi tidak menyadari bahwa para Buddha hanya membina Bodhisatva saja, maka mereka sesungguhnya bukannlah siswaKu, bukanlah Arahat maupun Pratyekabuddha.

“Wahai Sang Sariputra! Bilamana bhiksu maupun bhiksuni mengaku dirinya sebagai Arahat, bahwa mereka telah menjelajahi inkarnasi terakhirnya, bahwa mereka telah mencapai Nirvana mutlak, dan tidak lagi mencurahkan diri untuk mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi, maka ketahuilah bahwa mereka adalah orang-orang angkuh. Karena betapapun juga jika bhiksu sesungguhnya telah mencapai tingkat Arahat, maka tidak mungkin mereka tidak mempercayai Dharma ini. Terkecuali sesudah kemokshaan Buddha, tanpa adanya Buddha didunia. Oleh karenanya, sesudah kemokshaan Sang Buddha, betapa sulitnya menemui mereka yang dapat menerima, menjunjungi, membaca, menghafalkan serta memahami Sutra semacam ini. Bilamana mereka menjumpai Buddha lainnya, barulah mereka dapat memahami Sutra ini.

“Wahai Sang Sariputra dan para hadirin sekalian! Yakinilah dengan sepenuh hati akan uraian-uraian Sang Buddha. Terima dan junjungilah ajaran-ajaran Buddha. Karena betapapun juga ucapan para Buddha Tathagata tiada kelirunya. Sesungguhnya, tiada kendaraan lainya. Hanyalah Satu Kendaraan Buddha saja.”

Kemudian Sang Buddha berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah Beliau dengan syair:

Para bhiksu dan bhiksuni yang angkuh,

upasaka dan upasika yang kurang keyakinan;

Keempat golongan seperti ini sejumlah 5,000.

Mereka tidak menyadari kekurangannya

dan kelengahannya akan paramita Sila,

bahkan termelekat pada pandangan keliru.

Mereka yang berkebijaksanaan dangkal telah pergi,

berkat daya kekuatan gaib agung Sang Buddha.

(Agar mereka tidak menfitnah Sutra ini)

Orang-orang tersebut berkebajikan sekelumit,

sehingga tidak sanggup menerima Dharma ini.

Pesamuan ini telah bersih dari ranting dan daun,

terkecuali mereka yang murni dan sejati.

Wahai Sang Sariputra! Dengarkanlah dengan cermat.

Para Buddha menceramahkan Dharma

kepada segenap mahluk dengan berbagai macam

cara bijaksana yang tiada hitungan.

Lubuk hati mereka, Jalan yang mereka tempuh,

keinginan serta sifat mereka yang beraneka ragam,

karma yang telah mereka perbuat dikehidupan lampau,

yang baik maupun yang buruk;

Sang Buddha mengetahui dengan sempurna.

Oleh karenanya, Beliau dengan berbagai macam

istilah, sebab musabab dan cara bijaksana

membuat segenap mahluk bersuka cita.

Terkadang Beliau menceramahkan Dharma,

terkadang Beliau menceritakan kisah tentang

siswa-siswaNya di kehidupan lampau

ataupun tentang dirinya sendiri,

Terkadang Beliau mengisahkan mengenai

hal-hal yang belum pernah didengar sebelumnya.

Beliau juga mengajar dengan berbagai macam

sebab musabab, perumpamaan dan upadesa (syair).

Bagi mereka yang menyenangi Kendaraan kecil,

yang dalam-dalam terjerat pada roda samsara;

Dihadapan para Buddha yang tak terjumlah,

tidak melaksanakan Jalan Sempurna yang ditunjuk.

Tertimpa oleh berbagai macam masalah.

Bagi orang-orang demikian, Ku tunjukkan Jalan Nirvana.

Dengan cara-cara bijaksana demikian,

Ku bimbing mereka memasuki Jalan Buddha.

Namun belum pernah Ku katakan bahwa

kalian akan memcapai Jalan keBuddhaan.

Sebab waktunya belum tiba.

Namun kini tepat waktunya untuk

menceramahkan Dharma Kendaraan Besar ini.

Ke 9 bagian Sutra yang Ku ajarkan sebelumnya

hanyalah cara-cara bijaksana untuk membimbing

kalian memasuki Dharma Kendaraan Besar.

Bilamana siswa-siswa Buddha

berhati suci, berlemah lembut dan cerdas;

Dihadapan para Buddha yang tak terjumlah

telah melaksanakan Jalan Sempurna;

Bagi putera-putera Buddha demikian,

Ku ceramahkan Sutra Kendaraan Besar ini.

Karena ingat akan Sang Buddha dan tekun mentaati Sila.

maka Aku ramalkan bahwa orang-orang ini

kelak mencapai KeBuddhaan.

Mendengar ramalan demikian,

mereka diliputi dengan rasa suka cita yang amat.

Sang Buddha mengetahui lubuk hati serta prilaku mereka,

oleh karenanya Beliau menceramahkan

Dharma Kendaraan Besar kepadanya.

Ketika para Sravaka dan Bodhisatva mendegar

Dharma yang Ku ceramahkan ini, meski hanya sesyair;

Semuanya kelak mencapai KeBuddhaan.

Seluruh Buddhaloka di 10 penjuru alam semesta

hanya mempunyai Satu kendaraan Buddha saja,

tiada kedua maupun ketiga,

terkecuali Jalan Bijaksana yang diterapkan oleh Sang Buddha,

dengan nama-nama palsu dan berbagai macam istilah

membimbing para mahluk memasuki kebijaksanaan Buddha.

Munculnya para Buddha di dunia hanyalah demi Satu Tujuan saja,

Kendaraan kedua dan ketiga bukanlah yang sesungguhnya.

Buddha tiada pernah membina para mahluk

dengan tujuan Kendaraan Kecil.

Buddha sendiri telah meraih keberhasilan melalui Kendaraan Besar,

maka dengan Kendaraan ini beserta samadhi,

kebijaksanaan dan kekuatan, Ku bimbing segenap mahluk.

Aku sendiri memberi kesaksian akan Jalan Sempurna,

Dharma Kendaraan Besar dengan mana

segala perwujudan adalah sama rata (Sunyata).

Jika Aku membina meski seseorang dengan tujuan Kendaraan Kecil

maka Aku akan terlibat dalam kekikiran dan keserakahan.

Namun hal demikian tidak mungkin terjadi.

Jika seseorang yakin pada Buddha, maka Beliau tidak akan menipunya.

Karena betatapun juga, Beliau tiada lagi keserahkaan maupun iri hati.

Ia telah mengakhiri segala kekeliruan. Hatinya tiadak kenal gentar.

Begitu pula dengan para Buddha di 10 penjuru alam semesta.

RagaKu berhiaskan tanda-tanda khusus gemerlapan

menerangi seluruh dunia (Secara batin).

Akulah yang dimuliakan oleh para mahluk dan demi mereka,

Ku ceramahkan kesunyataan akan segala perwujudan.

Wahai Sang Sariputra! Ketahuilah bahwa pada awalnya,

Aku berikrar membuat segenap mahluk mencapai

Apa yang telah Ku capai, tanpa perbedaan.

Dan kini ikrarKu ini telah terpenuhi;

Mereka telah Ku bimbing memasuki Jalan Buddha.

Bilamana Aku hanya menceramahkan Jalan Buddha,

maka mereka yang berkebijaksanaan dangkal akan menjadi heran

dan dalam kebimbangannya, mereka hanya akan menolaknya.

Aku ketahui bahwa mahluk-mahluk demikian

tiada pernah menanam akar kebajikan,

dan dalam-dalam terjerat oleh ke 5 ketamakan.

(1.Kekayaan 2.Birahi 3.Kekuasaan & kemasyhuran 4.Santapan 5.Tidur)

Kebodohan dan kemelekatan mereka mengakibatkan kesengsaraan sendiri.

Adapun mereka yang terjerumus ke 3 alam sengsara.

(1.Binatang 2.Setan kelaparan 3.Neraka)

Terus menerus mereka tumimbal lahir di 6 alam samsara,

tertimpa oleh segala macam penderitaan.

Terlahir sebagai bayi didalam rahim,

mereka kemudian tumbuh menjadi tua di kelahiran demi kelahiran.

Mereka yang berpahala sekelumit

tiada henti-hentinya tertindas oleh berbagai macam derita.

Berpedoman pada 62 pandangan keliru, ‘ada’ ataupun ‘tiada’.

(Buddha tidak lagi termelekat pada pandangan ‘ada’ maupun ‘tiada’)

Memegangnya dengan erat tanpa melepaskannya.

Penuh keangkuhan, serong dan tak jujur,

selama ribuan koti kalpa, mereka tak (berkesempatan)

mendengar nama Buddha maupun Dharma Sejati;

Orang-orang demikian sulit diselamatkan.

Wahai Sang Sariputra! Oleh karenanya,

Aku menerapkan cara bijaksana,

menceramahkan ke 4 Kesunyataan Mulia

dan mempertunjukkan Nirvana (sementara).

Meski Ku ajarkan Nirvana, akan tetapi itu bukanlah Nirvana mutlak.

Dengan tekun menjalankannya,

putera-putera Buddha ini pun kelak mencapai KeBuddhaan.

Aku dengan cara bijaksana mempertunjukkan 3 Kendaraan.

Namun para Buddha sesungguhnya hanya menceramahkan

Satu Kendaraan Buddha saja.

Para haridin sekalian, janganlah ragu!

Ucapan para Buddha tiada bedanya.

Hanya Satu kendaraan Buddha saja, tiada yang kedua.

Pada dahulu silam, berkalpa-kalpa yang tak terhitung lamanya,

beratus ribu laksa koti aneka ragam para Buddha

yang telah moksha dan yang tak terjumlah;

Buddha-Buddha tersebut juga

dengan berbagai macam perumpamaan,

serta cara-cara bijaksana yang tiada hitungan,

menceramahkan Dharma Kesunyataan Kendaraan Besar ini.

Mereka semuanya menceramahkan Satu Kendaraan Buddha,

membimbing segenap mahluk memasuki Jalan Buddha.

Mengamati lubuk hati segenap mahluk,

para Buddha dengan berbagai cara bijaksana

memaklumi makna Sutra terkemuka ini.

Jika terdapat para mahluk yang telah menjumpai para Buddha,

telah mendengar Dharma serta melaksanakan ke 6 Paramita;

(1.Dana 2.Sila 3.Tabah 4.Tekun 5.Samadhi 6.Kebijaksanaan)

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhaan.

Sesudah kemokshaan para Buddha,

orang-orang yang berlemah lembut dan penuh kasih sayang;

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhaan.

Sesudah kemokshaan para Buddha,

mereka yang memuliakan relic-relikNya,

mendirikan beribu-ribu koti ragam stupa,

dari emas, perak dan kristal, batu bulan dan lapis lazuli,

dihias indah menawan hati;

Mereka yang mendirikan candi-candi

dari batu, kayu cendana dan kayu gaharu,

kayu elang dan dari kayu-kayu lainnya,

dari bata, genteng dan tanah liat;

Mereka yang dalam hutan belantara

menumpukkan tanah menjadi candi-candi Buddha;

bahkan anak-anak dalam permainannya,

mengumpulkan pasir membentuk stupa Buddha;

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhan.

Bilamana orang-orang memuliakan para Buddha,

membuat patung-patungNya, mengukir dan

menghiasnya dengan tanda-tanda kemuliaan Buddha.

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhaan.

Mereka yang membuat patung-patung Buddha

dari 7 benda berharga,

dari kuningan, tembaga merah, dan tembaga putih,

dari campuran timah hitam dan putih,

dari kayu, besi dan tanah liat;

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhaan.

Mereka yang dengan berbagai macam wewangian,

mengoles patung-patung Buddha;

Mereka yang dengan berbagai macam hiasan,

memperindah patung-patung Buddha.

Mereka yang melukis gambaran-gambaran Buddha

dengan ratusan tanda kemuliaanNya;

Baik melukisnya sendiri maupun membuat orang lain melukisnya;

Semuanya telah mencapai Jalan KeBudhaan.

Bahkan anak-anak yang sedang bermainan,

baik dengan rerumputan, kayu, alat tulis maupun

kuku jarinya menggambar lukisan Buddha;

Orang-orang demikian sedikit demi sedikit

mengumpul akar kebajikan dan menyempurnakan jiwa kewelas asihan.

Semuanya telah mencapai Jalan KeBudhaan.

Melalui pembinaan para Bodhisatva,

para Buddha menyelamatkan segenap mahluk.

Bilamana terdapat mereka yang memuliakan

lukisan Buddha, stupa dan candi,

dengan bebungaan, dedupaan, bendera dan paying;

Bilamana mereka membuat orang lain memainkan alunan musik,

manabur genderang, meniup terompet, seruling dan pluit,

memainkan kecapi, dan harpa, gitar, gong dan canang;

Yang semuanya dimaksud sebagai pujaan

atapun dengan hati gembira menyanyikan lagu

seraya memuja jasa-jasa para Buddha,

meski dengan suara lemah lembut;

Semuanya telah mencapai Jalan KeBudhaan.

Bahkan seseorang yang dengan pikiran risau,

mempersembahkan meski hanya sekuntum bunga kepada rupa Buddha,

maka ia tahap demi tahap akan menjumpai para Buddha yang tak terjumlah.

Bilamana mereka bersujud ataupun memberi penghormatan dengan

mengatupkan kedua tangan, mengangkat satu tangannya ataupun menundukkan kepalanya;

Dengan demikian memuliakan bentuk rupang ataupun lukisan Buddha,

maka ia tahap demi tahap akan menjumpai para Buddha yang tiada hitungan.

Semuanya kelak mencapai Jalan KeBuddhaan,

menyelamatkan para mahluk yang tiada hitungan.

Pada akhirnya ia akan memasuki Nirvana mutlak

bagaikan api yang padam ketika kayunya habis terbakar

(Kayu bakar ialah mahluk-mahluk yang berjodoh denganNya, yang kelak diselamatkannya)

Jika seseorang memasuki stupa maupun candi,

dan meski dengan pikiran risau menyebutkan, ‘Namo Buddhaya!’

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhaan.

Buddha-Buddha terdahulu

baik yang masih hidup maupun yang telah moksha –

Bilamana terdapat mereka yang mendengar Dharma ini;

Semuanya telah mencapai Jalan KeBuddhaan.

Buddha-Buddha mendatang yang tiada hitungan,

mereka pun akan menceramahkan Dharma

dengan berbagai macam cara bijaksana.

Para Buddha dengan cara bijaksana yang tiada hitungan,

menyelamatkan dan membimbing para mahluk,

memasuki kebijaksanaan Buddha.

Mereka yang mendengarkan Dharma –

Tiada satupun yang tidak mencapai KeBuddhaan.

Para Buddha berkehendak agar segenap mahluk

mencapai tingkat KeBuddhaan yang telah mereka capai.

Buddha-Buddha mendatang meski menceramahkan

beraneka ragam pintu Dharma yang tiada hitungan,

sesungguhnya hanyalah demi Satu Kendaraan Buddha.

Para Buddha, Yang Termulia, telah menyadari sepenuhnya

bahwa segala perwujudan tiada sifat yang berketetapan,

dan bibit KeBuddhaan tumbuh mekar dari sebab musabab.

Oleh karenanya mereka menceramahkan Satu Kendaraan Buddha.

Akan tetapi segala perwujudan tidak melainkan Kesunyataan abadi;

Para Buddha telah memahami sepenuhnya di Teras KeBodhian,

dan menceramahkannya dengan berbagai macam cara bijaksana.

Buddha-Buddha di 10 penjuru alam semesta

yang pada saat ini dimuliakan oleh para dewata dan manusia

yang jumlahnya bagaikan pasir-pasir di sungai Gangga,

juga dengan cara demikian menceramahkan Dharma.

Karena menyadari akan kedalaman Dharma Kesunyataan Utama,

yang tiada mungkin dapat diutarakan,

maka para Buddha menerapkan cara bijaksana,

mempertunjukkan berbagai Jalan

yang semuanya berakhir pada Satu Kendaraan Buddha.

Para Buddha dengan sempurna mengetahui

prilaku para mahluk serta lubuk hati mereka masing-masing,

karma yang telah diperbuat mereka di kehidupan lampau,

kemelekatan, sifat, semangat maupun

kemampuan mereka yang beraneka ragam,

maka para Buddha dengan berbagai macam

sebab musabab, istilah dan cara-cara bijaksana,

menceramahkan Dharma sesuai dengan apa yang tepat.

Demikian pula dengan Ku.

Demi membahagiakan segenap mahluk,

Aku menerapkan berbagai pintu Dharma, menunjuk Satu Jalan Buddha.

Aku dengan daya kebijaksanaan Ku yang sempurna

mengetahui lubuk hati serta keinginan para mahluk.

Dan dengan cara bijaksana menceramahkan Dharma,

membuat segenap mahluk bersuka cita.

Ketahuilah Sang Sariputra!

Aku dengan mata Buddhaku mengamati

segenap mahluk di 6 alam samsara,

(Alam 1.Dewata 2.Asura 3.Manusia 4.Hewan 5.Setan Lapar 6.Neraka)

yang miskin (batinnya), tiada pahala maupun kebijaksanaan,

terjerumus dalam roda hidup dan mati,

tiada henti-hentinya mengalami kesengsaraan.

Dengan eratnya terjerat pada 5 ketamakan,

(1.Kekayaan 2.Birahi 3.Kekuasaan & kemasyhuran 4.Santapan 5.Tidur)

seperti halnya lembu yang terpikat pada ekornya sendiri.

Terjerat oleh keserahkaan dan kemelekatan,

seperti halnya orang buta yang tak dapat melihat.

Mereka tak berkehendak memperoleh daya kekuatan Sang Buddha,

tak berkehendak pula menempuhi Jalan pengakhiran derita.

Tersesat pada pandangan keliru,

dengan susah payahnya mengakhiri penderitaan.

Mahluk-mahluk demikian patut dikasihani.

Ketika duduk di Teras KeBodhiaan,

Aku memandang pohon Bodhi

seraya mengitarinya selama 21 hari.

Aku merenungkan demikian:

‘Kebijaksanaan yang telah Ku capai

sungguh dalam dan menakjubkan.

Akan tetapi para mahluk yang tak berkebijaksanaan,

senantiasa terbutakan oleh ketamakan dan kebodohan.

Bagaimakah Aku menyelamatkan mahluk-mahluk semacam ini?

Kemudian para Raja Brahma beserta Sang Sakra,

dan ke 4 raja dewata yang melindungi dunia,

begitu pula dewa Sang Maharaja Agung,

bersama mahluk-mahluk kesurgaan lainnya,

(1.Dewata 2.Naga 3.Yaksha 4.Gandharva 5.Asura 6.Garuda 7.Kimnara 8.Mahoraga)

yang masing-masing disertai ratusan ribu laksa pengikutnya,

dengan tangan terkatup dan takzim memohonKu:

‘Sudilah kiranya Beliau memutar roda Dharma.’

Segera Aku merenungkan:

‘Jika Aku hanya memuji Kendaraan Buddha ini,

maka mereka yang terjerat pada keduniawian

tak akan menerima dan mempercayai Dharma ini.

Mereka hanya akan mencela dan merusak Dharma,

sehingga terjerumus ke 3 alam sengsara.

(Alam 1.Neraka 2.Setan Lapar 3.Hewan)

Maka Aku sebaiknya tidak menceramahkan Dharma ini,

tetapi segera masuk saja ke Nirvana.’

Seketika itu, Aku teringat akan Buddha-Buddha terdahulu

yang dengan pandainya menerapkan cara-cara bijaksana.

Jalan yang telah Kucapai ini akan Ku ajarkan pula sebagai 3 Kendaran.

(Kendaraan 1.Sravaka 2.Pratyekabuddha 3.Buddha)

Ketika Aku merenungkan demikian,

Buddha-Buddha di 10 penjuru alam semesta

Semuanya menampakkan diri dan dengan suara Brahma

mereka memujiKu, seraya berkata:

‘Bagus sekali, Sang Sakyamuni! Guru Pemimpin Utama!

Setelah mencapai Dharma Terunggul ini,

Engkau mengikuti jejak para Buddha,

menceramahkannya dengan berbagai macam cara bijaksana.

Kami pun (para Buddha) telah mencapai

Dharma Utama yang manakjubkan ini.

Namun demi para mahluk yang beraneka ragam sifat,

kami membentangkannya sebagai 3 Kendaraan.

(Kendaraan 1.Sravaka 2.Prayekabuddha 3.Buddha)

Bagi mereka yang menghendaki Kendaraan Kecil,

tak yakin bahwa dirinya mampu mencapai KeBuddhaan,

Kami (para Buddha) dengan cara bijaksana

menceramahkan berbagai buah, yaitu

buah Sravaka, buah Prayekabuddha dan buah KeBuddhaan.

Meski Kami menceramahkan 3 macam Kendaraan,

akan tetapi itu hanyalah Jalan Bijaksana yang Kami terapkan

demi mengajar dan membina para Bodhisatva.’

(Sravaka dan Pratyekabuddha juga adalah Bodhisatva, hanya saja mereka belum menyadarinya)

Ketahuilah, Sang Sariputra!

Ketika Aku mendengar para Buddha, Simba Suci

dengan suara Brahma mereka yang dalam dan menakjubkan,

segera Aku menyebut, ‘Namo Buddhaya!’

Aku merenungkan pula demikian:

‘Aku telah muncul di dunia angkara yang penuh kekotoran.

Dan seperti apa yang diterapkan oleh para Buddha,

Aku pun harus mengajar sesuai dengan apa yang tepat.

Setelah merenungkan demikian,

Aku dengan segera berangkat menuju ke Varanasi.

Kesunyataan akan segala perwujudan tiada dapat diungkapkan,

maka Aku dengan cara bijaksana bersabda kepada ke 5 bhiksu:

‘Inilah yang disebut memutar roda Dharma.’

Maka munculah istilah

‘Nirvana’, ‘Arahat’, ‘Sangha’ dan sebagainya.

Semenjak banyak kalpa,

Aku senantiasa menunjukkan Jalan Nirvana,

mengakhiri segala derita lahir dan mati.

Senantiasa Aku bersabda demikian.

Ketahuilah, Wahai Sang Sariputra!

Aku mengamati putera-putera Buddha yang tiada hitungan

bertekad agung mencari Jalan Buddha,

dengan takzim mengunjungi para Buddha,

mendengar berbagai macam ajaran bijaksana.

Segera Aku menyadari bahwa alasan mengapa

Aku terlahir didunia Saha ialah agar supaya

Aku dapat mempertunjukkan Kebijaksanaan Buddha.

Sekarang tepat waktunya. Ketahuilah, Wahai Sariputra!

Orang yang penuh keangkuhan dan tak berkebijaksanaan,

tiada akan mempercayai Dharma yang telah Ku capai ini.

Kini Aku dihadapan para Bodhisatva

dengan hati gembira dan tiada gentar,

menyampingkan segala Jalan Bijaksana,

membentangkan yang sesungguhnya!

Para Bodhisatva yang mendengarkan Dharma ini

akan terbebas dari segala keraguan.

1,200 Arahat ini juga kelak mencapai KeBuddhaan.

Seperti yang telah dilakukan oleh Buddha pada 3 masa,

(Buddha terdahulu, sekarang dan mendatang)

Aku pun harus menceramahkan Dharma dengan cara yang serupa.

Munculnya para Buddha didunia sangatlah langka dan jarang,

dan meskipun Mereka muncul didunia,

sulit pula untuk menceramahkan Dharma ini.

(Sebab mereka mengajar sesuai dengan apa yang tepat untuk masa itu)

Hingga berkalpa-kalpa yang tak terhitung lamanya,

alangkah sulitnya untuk mendengarkan Dharma ini.

Langka pula mereka yang dapat mendengarkan Dharma ini,

bagaikan bunga Udumbara

(Bunga ini hanya mekar sekali dalam 3,000 tahun)

yang digemari dan disenangi oleh para dewata dan manusia.

Bilamana mereka mendengar Dharma ini,

dan kemudian mengucapkan pujian, meski dengan sepatah kata saja,

maka mereka telah memuliakan pula Buddha pada 3 masa.

(Sebab Sutra ini adalah ucapan para Buddha terdahulu, sekarang dan mendatang)

Orang-orang demikian lebih langka lagi dari munculnya bunga Udumbara.

Wahai para hadirin, janganlah ragu!

Aku sebagai Raja Dharma kini menyimpulkan bahwa

Aku hanya dengan Satu Kendaraan Buddha membina para Bodhisatva.

Aku tiada murid Sravaka.

(Sebab murid Sravaka sesungguhnya juga adalah Bodhisatva)

Wahai Sariputra, para Sravaka dan Bodhisatva!

Ketahuilah bahwa Dharma yang menakjubkan ini

ialah kerahasiaan dan inti pokok Dharma para Buddha.

Di dunia angkara penuh 5 kekotoran ini,

mahluk-mahluk yang terjerat pada kemelekatan,

tidak akan menempuhi Jalan Buddha.

Bilamana orang-orang angkara mendengar

ajaran Buddha tentang Satu Kendaraan,

mereka tidak akan mempercayai dan menerimanya,

bahkan mencelanya sehingga terjerumus ke alam sengsara.

Bagi mereka yang telah bertobat,

berhati ikhlas dan bertekad mencapai Jalan Buddha;

Demi mereka bentangkan dan pujilah Kendaraan Buddha ini.

Ketahuilah, Wahai Sang Sariputra!

Demikianlah para Buddha menceramahkan Dharma;

Dengan puluhan ribu koti cara bijaksana,

Mereka mengajar sesuai dengan apa yang tepat.

Namun mereka yang belum mengetahuinya tidak akan paham.

Kini kalian telah mengetahui cara-cara bijaksana

yang diterapkan oleh para Buddha, para Simba;

Kini kalian tiada akan lagi ragu dan bimbang.

Bersuka citalah atas keberuntunganmu!

Karena betapapun juga kalian kelak mencapai KeBuddhaan.